Mohon tunggu...
Johan Wahyudi
Johan Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Pernah meraih Juara 1 Nasional Lomba Menulis Buku 2009 Kemdiknas, pernah meraih Juara 2 Nasional Lomba Esai Perpustakaan Nasional 2020, 30 pengarang dongeng terbaik Kemdikbud 2024, pendiri Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Mata Pena, mengelola jurnal ilmiah, dan aktif menulis artikel di berbagai media. Dikenal pula sebagai penyunting naskah dan ghost writer. CP WA: 0858-6714-5612 dan Email: jwah1972@gmail.com..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kompasianer Wanita Ini Sungguh Luar Biasa!

10 Mei 2012   12:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:28 683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1336653272898512345

[caption id="attachment_187462" align="alignleft" width="300" caption="Mari kita meniru sikap terpuji Bu Tyas (Foto: Tyas)"][/caption]

Banyak orang mudah lupa dan suka melupakan masa lalunya. Ketika masih berjuang, mereka sering meminta bantuan kepada orang lain. Namun, mereka mudah sekali melupakan jasa baik orang tersebut ketika kesuksesan sudah dicapai. Memang kesuksesan sering membutakan diri. Begitu memilu ketika ia berharap dibantu dan begitu cepat ketika ia berjabat.

Tentunya itu tidak boleh ditiru dan atau dilakukan oleh orang bijak. Tidak mungkin sukses seseorang diperoleh tanpa bantuan pihak lain, terlebih bagi pasangan suami-istri. Suksesnya pasti didapat karena bantuan suami atau istrinya. Oleh karena itu, hendaknya jasa baik orang yang pernah berjasa itu selalu diingat pada setiap langkah hidupnya. Untuk itu, mungkin kita perlu belajar kepada kompasianer wanita ini. Siapakah dia? Saya memanggilnya Bu Tyas.

Tadi, saya akan makan malam keluar rumah. Jenuh seharian saya membantu pekerja di proyekku. Oleh karena itu, berusaha mencari suasana baru di luar. Dan saya pun memilih makan pecel lele di warung tenda Gemolong Sragen. Saya sangat menyukai aroma sambal tomat plus trasi nan begitu sedap. Sangat cocok untuk lidahku.

Sambil menunggu pesanan terhidang, saya membuka dan membaca tulisan di kompasiana. Ketika membaca-baca beragam tulisan, saya teringat dengan tulisan Bu Tyas yang berjudul Jalan Panjang Menuju Gelar Sarjana. Kebetulan saya tadi sempat membaca tulisan itu sekilas usai pulang kerja dan meninggalkan komentar. Namun, saya belum dapat menangkap inspirasi secara utuh yang tersirat di dalamnya. Dan malam ini, saya menemukan sebuah hakikat pasangan hidup yang luar biasa.

Ya, Bu Tyas berkisah tentang perjuangan sang suami ketika berusaha meraih gelar sarjana. Bu Tyas berusaha mengisahkan perjalanan hidup sang suaminya dari awal perjuangan hingga sukses yang kini diraihnya. Kisah itu begitu mengharukan perasaan. Mengapa? Karena saya pun pernah mengalami pengalaman pahit ketika berjuang demi demi meraih cita.

Jarang dan teramat jarang saya menemukan tulisan kompasianer yang membanggakan istri atau suaminya. Rerata pasangan hanya membanggakan diri tanpa menyebut jasa pasangan hidupnya meskipun dahulu sempat berucap janji seia-sekata senasib sepenanggungan. Lalu, mengapa masing-masing pasangan itu begitu mudah melupakan jasa baik pasangan hidup yang telah membantunya meraih sukses?

Perkenalan dan pertemananku dengan Bu Tyas terhitung sudah cukup lama. Jika memerhatikan tulisannya, saya menduga bahwa Bu Tyas bersuamikan seorang pejabat di Kedutaan atau Konsulat Republik Indonesia. Bu Tyas cukup ramah dan sering memberikan komentar dan atau tanggapan meskipun saya jarang mampir dan mengomentari beragam tulisannya. Bu Tyas terbilang rajin bersilaturahim ke lapak teman. Rerata kawan-kawan Bu Tyas adalah wanita atau istri pula. Jelas itu bertujuan untuk saling berbagi pengalaman menata keluarganya.

Bu Tyas berusaha memberikan pelajaran berharga kepada kita. Betapa perjuangan meraih sukses itu harus ditempuh dengan beragam pengorbanan. Suka-duka dialami dan dihadapi dengan sabar. Bu Tyas begitu hafal dengan rentangan waktu dan beragam kejadian yang dialami sang suami. Itu berarti bahwa Bu Tyas benar-benar telah menjadi roket pendorong bagi perjuangan sang suami. Ketika karier suaminya meroket, Bu Tyas pun berkenan berbagi di sini dengan kita.

Sebagai seorang suami, saya sangat bangga ketika istriku ditanya orang tentang segala aktivitasku. Lalu, istriku memberikan jawaban yang melambungkan motivasi luar biasa. Tentu itu beralasan karena istriku adalah wanita paling dekat dan paling tahu tentang segala rahasia pribadi dan perjalanan karier. Oleh karena itu, sebaiknya kita berani membanggakan pasangan hidup di depan umum agar jalinan kasih tetap terjaga. Tak perlu kita terlena rumput tetangga yang konon lebih hijau. Tirulah sikap terpuji Bu Tyas!

Teriring salam,

Johan Wahyudi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun