[caption id="attachment_170863" align="alignleft" width="300" caption="Dapat dibayangkan repotnya pelayan toko yang harus menata ulang jika troli ini dipenuhi barang tetapi tak dibayar."][/caption]
Sebelum meneruskan kisah ini, tentunya saya tidak bermaksud untuk menggeneralisasi keadaan. Saya menuliskan kisah ini semata didasari keprihatinan mendalam. Tidak sekali-dua kali saya menyaksikan keadaan ini. Oleh karena itu, tentunya saya berharap agar tulisan ini dapat menyadarkan perempuan yang berperilaku demikian. Sebenarnya kisah ini sering terjadi dan mungkin mudah dijumpai di seantero supermarket.
Minggu lalu, saya mengajak anak dan istri untuk sekadar mengisi waktu liburan dengan berjalan-jalan ke Kota Solo. Beberapa waktu sebelumnya, kedua anakku minta dibelikan buku. Sebagai orang tuanya, tentunya saya selalu berusaha menuruti keinginan anak jika memang semuanya memungkinkannya. Dan pada Minggu itulah, saya ingin membahagiakan keluarga.
Tidak seperti biasanya, saya dipaksa anak-anak untuk menemani mereka dengan berkeliling searea supermarket. Memang saya kurang menyukai jalan-jalan di dalam supermarket. Saya lebih menyukai duduk dan membaca kompasiana daripada menemani istri berbelanja. Saya lebih betah berlama-lama duduk dan sekadar minum di kafe daripada berjalan-jalan sambil mendorong troli belanja. Akhirnya, kedua anakku (Ilham dan Syafa) naik ke dalam troli dan saya pun mendorongnya.
Selain ingin membeli buku untuk anak-anak, saya ingin pula membeli beragam peralatan keluarga. Kebetulan alat-alat atau perkakasku mulai rusak. Maka, saya pun mendorong troli dan menuju ke etalase toko dimaksud. Dan tentu saja saya ingin membeli beragam jajanan. Kebetulan kulkas di rumah mulai terlihat kosong.
Ketika berjalan-jalan di dalam area supermarket itulah, saya melihat begitu banyak perempuan. Ada yang terlihat sebagai ibu-ibu tetapi juga terdapat perempuan sebaya remaja putri. Mereka terlihat sedang memilih-milih barang yang dikehendaki. Begitu banyak barang pilihannya sehingga troli itu terlihat penuh. Mungkin perempuan itu memang memerlukan beragam kebutuhan sehingga merka berbelanja begitu banyak.
Sekitar satu jam, saya dan anak-istri berkeliling untuk berbelanja. Kakiku mulai pegal-pegal karena berkeliling searea supermarket sambil mendorong troli yang dimuati kedua anakku dan barang belanjaan. Saya pun mulai mengarahkan troli menuju kasir. Jarak tempuh tempatku dengan kasir lumayan jauh.
Pada perjalanan menuju kasir itulah, saya dikejutkan oleh beberapa pemandangan. Saya melihat begitu banyak keranjang belanjaan yang dipenuhi barang tetapi tidak dibawa sang pembeli. Troli yang dipenuhi barang itu hanya digeletakkan begitu saja tanpa didorong ke kasir untuk dihitung dan dibayar pembeli. Tentu saya tidak mengetahui pemilik troli itu. Namun, saya menduga bahwa troli yang dipenuhi belanjaan itu memang sengaja ditinggalkan sang pemilik.
Ternyata dugaanku tidak meleset. Usai membayar semua belanjaan, saya pun keluar dari area supermarket. Betapa terkejutnya saya karena melihat perempuan (tua dan remaja) yang tadi sempat terlihat berbelanja di dalam tetapi mereka sedang menyeruput jus buah di luar supermarket. Lalu, di mana barang belanjaan mereka?
Peristiwa itu tidak hanya sekali ini terlihat. Saya sering melihat kejadian ini berulang-ulang di beberapa tempat, khususnya supermarket besar. Keranjang belanjaan yang dipenuhi barang ditinggalkan begitu saja tanpa pemilik. Tentunya saya merasa kasihan dengan pamuniaga atau karyawan supermarket. Para karyawan itu harus menata ulang semua barang diborong tetapi tak jadi dibeli.
Sejujurnya, saya sering dibuat geli dengan tingkah para perempuan itu. Mereka – para perempuan itu – seakan ingin dilihat sebagai wanita kaya. Lalu, mereka suka berpenampilan mencolok mata: dandanan menor dan berjalan-jalan dengan penuh gaya. Bahkan, terlihat mereka menampakkan beberapa jenis kartu kredit dan kartu ATM ketika berdekatan di kasir. Tak tahulah, apakah kartu kredit dan ATM itu masih menyimpan saldo atau sekadar fantasi? Andaikan para perempuan itu bertingkah wajar dan tidak nganeh-nganehi.
Teriring salam,
Sumber gambar: Sini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H