Mohon tunggu...
Johan Wahyudi
Johan Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Pernah meraih Juara 1 Nasional Lomba Menulis Buku 2009 Kemdiknas, pernah meraih Juara 2 Nasional Lomba Esai Perpustakaan Nasional 2020, 30 pengarang dongeng terbaik Kemdikbud 2024, pendiri Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Mata Pena, mengelola jurnal ilmiah, dan aktif menulis artikel di berbagai media. Dikenal pula sebagai penyunting naskah dan ghost writer. CP WA: 0858-6714-5612 dan Email: jwah1972@gmail.com..

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Jika Tuhan Saja Menjadi Penulis, Mengapa Manusia Tidak?

25 Juni 2011   23:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:10 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin kita tak pernah terpikir bahwa Tuhan itu menjadi penulis.  Ternyata Tuhan itu adalah sebaik-baik penulis. Tuhan itu Maha Pencatat. Semua hal yang diperbuat setiap makhluk, semua dicatat Tuhan dalam kitab-Nya. Oleh karena itu, hendaknya kita malu kepada diri. Malu dan harus merasa malu. Mengapa? Karena kita enggan menuliskan setiap perbuatan yang telah kita lakukan. Seharusnya kita menuliskan setiap perbuatan itu dalam sebuah kitab. Kelak kitab itu tentu akan berguna, baik kegunaan keduniaan maupun keakhiratan.

Pagi ini, saya terhenyak. Saya termenung atas sebuah nukilan ayat Al Quran, “Sekali-kali tidak. Kami akan menulis apa yang ia katakan, dan benar-benar Kami akan memperpanjang azab untuknya (QS. Maryam [19]:79). Ayat itu tertulis dalam buku yang berjudul Menulis Bersama Allah karya Arroyan Dwi Andini halaman 62. Sebuah sentakan nurani yang sangat tinggi maknanya. Apa itu?

Kita disindir Tuhan bahwa semua hal yang kita perbuat harus dipertanggungjawabkan. Tidak ada sesuatu dan sedikit pun yang lepas dan terlepas dari catatan Tuhan. Ini berarti bahwa manusia harus bersikap hati-hati agar setiap perbuatannya benar-benar dipikirkannya terlebih dahulu. Sebuah nasihat yang teramat bijak bagi manusia yang berkenan untuk berpikir.

Buku setebal 148 benar-benar memberikan banyak inspirasi dan motivasi atas kelebihan menjadi penulis. Buku ini memberikan banyak nasihat agar manusia menjadi penulis yang baik. Menjadi penulis yang akan mampu memberikan banyak manfaat bagi manusia lainnya. Lalu, bagaimanakah agar menjadi penulis yang baik itu?

Buku ini memberikan beragam tips agar manusia terpancing menjadi penulis. Sebuah nasihat bijak tertulis di halaman 3: Jika Allah menakdirkan kita untuk bisa menulis buku, maka tidak akan ada yang bisa menghalanginya. Jika Allah sebenarnya tidak menakdirkan kita untuk bisa menulis, kita bisa mengubah takdir itu dengan berjuang keras, berusaha, dan berdoa. Semua tergantung kita, mau atau tidak!

Banyak manfaat dari kegiatan menulis. Disadari atau tidak, menjadi penulis akan memberikan banyak manfaat, baik bagi penulis maupun pembacanya. Setidaknya ada empat manfaat dari kegiatan menulis. Apa saja itu? Keempatnya itu menambah wawasan dan mempertajam intelektualitas, bisa memberikan informasi kepada orang banyak, penambah penghasilan, dan mengisi waktu luang.

Penulis yang baik adalah pembaca yang baik. Penulis akan mencarikan referensi jika terjadi kebuntuan ide. Artinya, penulis akan mempertajam wawasan. Pada akhirnya, intelektualitas penulis akan terasah sehingga penulis yang baik pasti akan menjadi manusia cerdas. Apakah Anda tidak ingin menjadi manusia cerdas?

Sebaik-baik manusia adalah manusia yang dapat memberikan banyak manfaat bagi manusia lainnya. Oleh karena itu, hendaknya penulis menjaga niatan itu. Penulis yang baik pasti menjaga kualitas tulisannya agar selalu memberikan manfaat bagi pembacanya. Penulis itu akan berusaha menerima kritikan pembaca sembari berusaha memperbaiki dirinya agar setiap tulisannya menuju kesempurnaan.

Anda tentu ingin mendapatkan banyak penghasilan. Jangan sepelekan profesi penulis. Dengan menjadi penulis, Anda akan dikayakan lahir dan batin. Anda akan mendapatkan banyak uang dari menulis. Royalty akan diberikan hingga anak-cucu selagi buku itu masih dicetak dan beredar. Tidak hanya itu, penulis juga akan mendapatkan banyak pahala jika bukunya berisi ajakan kebaikan. Setiap huruf kebaikan akan mengalir kepada penulisnya.

Menjadi penulis pun dapat menjadikan kesenangan batin baginya. Mengisi waktu senggang akan terasa lebih bermanfaat jika kekosongan itu diisi dengan menulis. Jauhilah omong kosong dan bergunjing alias ngerumpi atau ngegosip. Manfaatkanlah waktu luang Anda dengan menulis. Kelak kegiatan yang mungkin dianggap tak berguna akan memberikan banyak kegunaan bagi penulisnya.

Sungguh buku ini benar-benar layak dibaca oleh pembaca yang memang ingin menjadi penulis (buku) yang baik. Buku ini menuntun kita agar membangun profesi baru. Banyak kiat-kiat ampuh yang dapat Anda baca agar kita dapat menjadi penulis buku. Jika Tuhan saja menjadi penulis, apakah Anda tidak malu kepada diri? Buktikan bahwa Anda tidak sekadar menjadi pembaca!

Identitas Buku

Judul buku: Menulis Bersama Allah

Penulis: Arroyan Dwi Andini

Tahun: Februari 2011

Penerbit: Al Manar Yogyakarta (0274) 380714

Tebal buku: i-x + 148 halaman

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun