Mohon tunggu...
Johan Wahyudi
Johan Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Pernah meraih Juara 1 Nasional Lomba Menulis Buku 2009 Kemdiknas, pernah meraih Juara 2 Nasional Lomba Esai Perpustakaan Nasional 2020, 30 pengarang dongeng terbaik Kemdikbud 2024, pendiri Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Mata Pena, mengelola jurnal ilmiah, dan aktif menulis artikel di berbagai media. Dikenal pula sebagai penyunting naskah dan ghost writer. CP WA: 0858-6714-5612 dan Email: jwah1972@gmail.com..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jika Mereka Mampu Meraihnya, Mengapa Kita Tidak? (Tips Menjadi Penulis Sukses)

18 September 2011   00:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:52 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="attachment_135556" align="aligncenter" width="640" caption="Menjadi penulis sangat mendukung keberhasilan pengajaran karena penulis dituntut untuk gemar membaca dan belajar lagi."][/caption]

“Tangan kita sama-sama dua. Kaki juga sama-sama dua. Kepala sama-sama satu. Lalu, mengapa mereka bisa meraih segala keinginannya, sedangkan kita tidak? Apa yang salah dan bagaimana kita memerbaiki kesalahan itu agar kita dapat meraih sukses seperti mereka?” teriakku di depan 120 mahasiswa PGSD S1 Universitas Sebelas Maret (UNS) Kelas Kebumen. Sontak 120 mahasiswa itu terdiam. Begitulah gambaran sekilas kegiatan yang kemarin saya ikuti.

Sabtu (17 September 2011), saya diminta untuk mengisi Soft Skill Diklat Jurnalistik bagi Mahasiswa. Oleh panitia, saya diminta untuk untuk menyampaikan topic Tips Menulis Karya Ilmiah. Karena kegiatan itu termasuk motivasi, saya menyempitkan materi menjadi Meraih Masa Depan dengan Tulisan. Saya berkeinginan agar para calon guru tersebut memiliki semangat menulis sehingga dapat menjadi penulis dan pendidik yang sukses karena kemampuannya menuangkan gagasan menjadi sebuah tulisan.

Menulis (atau mengarang) bukanlah urusan sederhana: menuliskan bahasa ke dalam lambang tulisan. Menulis merupakan suatu proses berpikir dalam kebenaran yang dimilikinya (White dan Arndt, 1997: 3). Raimes (1983: 5-6) mengklasifikasikan sejumlah komponen yang harus dihadapi olehseseorangketikamenulis, yaitu (1) tujuanmenulis, (2) isi yang hendak disampaikan, (3) pemahaman terhadap bakal pembaca, (4) proses menulis, (5) tata bahasa, (6) sintaksis, (7) pemilihan kata, (8) teknik penulisan, dan (9) pengorganisasian gagasan. Untuk menghasilkan karangan yang baik, diperlukan (1) keterampilan gramatikal,(2) penuangan isi, (3) keterampilan stilistik, (4) keterampilan mekanis, dan (5) keterampilan memutuskan (Heaton, 1998: 135).

Berdasarkan sifat fakta, karangan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni karangan ilmiah dan (2) karangan nonilmiah. Karangan ilmiah adalah karangan yang ditulis berdasarkan fakta atau kebenaran umum, semisal artikel, esai, jurnal, buku, dan penelitian. Karangan nonilmiah adalah karangan yang ditulis berdasarkan fakta pribadi, semisal karya fiksi, prosa, dan drama (Brotowidjoyo, 1988: 3-6). Untuk dapat menghasilkan tulisan yang baik, penulis harus memanfaatkan situasi dengan tepat. Menurut D’Angelo (1980: 19-20), situasi yang harus diperhatikan itu adalah (1) tujuan penulis, (2) pembaca, dan (3) kesempatan (keadaan-kedaan yang melibatkan berlangsungnya suatu kejadian, waktu, tempat, situasi yang menuntut perhatian langsung, pertanyaan yang menuntut jawaban, permasalahan yang menuntut pemecahan, dan sebagainya).

Lalu, bagaimanakah kita akan memulai menulis sesuatu? Sebaiknya penulis memerhatikan empat pertanyaan berikut, yakni (1) Jenis tulisan apa yang Anda pilih? (2) Siapa pembaca tulisan Anda? (3) Media apa yang Anda pilih (internet, televisi, koran, majalah, radio, dsb)? dan (4) Gaya penulisan apa yang paling tepat? Jika keempat pertanyaan itu terjawab, calon penulis dapat melanjutkan tahapannya ke teknik pengembangan penulisan.

Ada empat model pengembangan penulisan yang biasa digunakan para penulis. Keempatnya adalah (1) Mengaitkan dengan kondisi actual, semisal: Kemarin (Sabtu, 17 September 2011), mahasiswa UNS mengikuti kegiatan pembekalan keterampilan menulis karya ilmiah di kampusnya; (2) Mengaitkan dengan kegiatan sehari-hari, semisal: Sebenarnya menangis saat mengiris bawang bisa menyehatkan mata. Air mata yang keluar karena rangsangan hawa bawang dapatmembersihkan mata dan kelopaknya dari debu dan kuman; (3) Menyuguhkan added value,semisal: Menulis bukanlah sekadar memindahkan isi pikiran menjadi tulisan. Menulis juga merupakan salah satu bentuk olahraga; dan (4) Memperkenalkan ilmu atau temuan baru, semisal: Hasil penelitian yang dipublikasikan lembaga riset indenpenden menyebutkan bahwa penulis memiliki usia lebih panjang daripada usia orang yang tidak menggemari kegiatan menulis. Disebutkan bahwa menulis dapat menjadikan penulisnya sebagai orang yang selalu menyegarkan pikirannya sehingga selalu memiliki ketenangan pikiran. Kondisi itu menyebabkan dirinya untuk selalu bersikap tenang dan tidak mudah gelisah.

Jika penulis sudah berkemampuan menjaga gaya atau selingkungan tulisan, tunggulah keajaibannya. Mengapa? Karena penulis pasti akan mendapat beragam keuntungan, baik materi maupun nonmateri. Keuntungan itu adalah mendapat pahala jika ikhlas menyampaikan idenya, memperoleh nilai kredit jika dimuat media resmi atau berbadan hukum, terkenal dan dikenal masyarakat luas, menajamkan analisis karena pikirannya selalu berkembang, meluaskan wawasan karena gemar menulis, dan menerima HONOR tak terbatas jika mampu menjaga produktivitas dan kualitas tulisan.

Usai mendengarkan pemaparanku, sontak ke-120 mahasiswa terlihat antusias untuk menjadi penulis. Sebagai sarana berlatih mengasah kemampuan menulis, saya memberikan tips menarik kepada mereka. Apa itu? Jadilah kompasianer! Benar bahwa saya mengenalkan kompasiana.com kepada mereka. Jika kompasianer mampu menjaga kualitas tulisan, yakinlah bahwa pembaca akan menggemari tulisan Anda. Di antara sekian banyak kompasianer, saya yakin bahwa mereka ada yang berasal dari dunia penerbitan dan media. Siapa tahu nasib baik akan menjadi milik Anda? Acara diakhiri dengan foto bersama. Beberapa mahasiswa mendekati saya seraya mengajak foto bersama. Begitulah risiko menjadi cowok ganteng. Hahahaha…….!!!!!

[caption id="attachment_135558" align="aligncenter" width="640" caption=""Sejak kapan Bapak menjadi penulis?" tanya mahasiswi ini."][/caption] [caption id="attachment_135559" align="aligncenter" width="640" caption="Suasana kegiatan."][/caption] [caption id="attachment_135560" align="aligncenter" width="640" caption="Malu rasanya diapit oleh lima mahasiswi cantik."][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun