Mohon tunggu...
Johan Wahyudi
Johan Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Pernah meraih Juara 1 Nasional Lomba Menulis Buku 2009 Kemdiknas pernah meraih Juara 2 Nasional Lomba Esai Perpustakaan Nasional 2020, mengelola jurnal ilmiah, dan aktif menulis artikel di berbagai media. Dikenal pula sebagai penyunting naskah dan ghost writer. CP WA: 0858-6714-5612 dan Email: jwah1972@gmail.com..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jangan Menerapkan CTL

8 Mei 2010   00:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:20 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) telah memancing dan memantik para penulis buku. Mereka berlomba-lomba menyusun teknik pengembangan kurikulum tersebut. Dari sekian banyak buku pengembangan KTSP, buku CTL (Contextual Teaching and Learning) mendapat sambutan paling meriah. Buku itu begitu luar biasa karena berisi metode pembelajaran dan pengajaran yang aplikatif.

CTL mengajarkan bahwa pembelajaran hendaknya diselaraskan dengan kondisi fisik dan psikis siswa. Setiap kondisi sekolah hendaknya dapat dimanfaatkan sehingga siswa terbantukan untuk menguasai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD). Maka, CTL sering disebut dengan pembelajaran kontekstual.

Seiring dengan itu, CTL menuntut kreativitas guru. CTL mengharuskan setiap guru untuk mampu menganalisis lingkungan agar pembelajaran menjadi menyenangkan bagi siswa. Dan itu menuntut keprofesionalan seorang guru.

Di sebuah sekolah, para guru telah menerapkan CTL. Sayangnya, CTL itu telah menyimpang dari kaidah yang sebenarnya. Mereka telah membelokkan CTL menjadi Catat Tinggal Lari. Sebuah kebiasaan yang tidak boleh dilakukan dan harus dijauhi.

Ketika pembelajaran berlangsung, guru hanya memberikan tugas kepada siswanya. Para guru asyik menyibukkan diri dengan bermacam acara. Ada rapat, berpartisipasi lomba, menghadiri undangan resepsi relasi, menengok rekan sakit, ngurus bisnis pribadi, dan seabreg alasan lainnya. Siswa dibiarkan dengan dunianya alias bebas. Akibat dari CTL itu, kualitas pendidikan kita cenderung stagnan alias jalan di tempat.

Di kala guru mulai sejahtera dari sisi materi, di sisi lain pengkhianatan terhadap kewajiban juga terjadi. Ya, mereka telah berkhianat terhadap profesinya. Kualitas pendidikan kita tidak mungkin berubah menjadi lebih baik jika menerapkan CTL dalam pengertian guru modern tersebut. CTL harus dikembalikan kepada makna sebenarnya.

Sautu hari, saya akan mengajar siswa di sebuah kelas. Saya segera berkemas dengan buku, dan berjalan ke kelas. Di sana, siswaku telah menungguku dengan setia. Mereka menyambutku dengan semangat. Pembelajaran pun berlangsung.

Tiba-tiba, saya dikejutkan oleh kegaduhan kelas sebelah. Suara itu mencurigakan. Saya pun bergegas keluar untuk melihat situasi. Ternyata, siswa kelas sebelah ada yang berkelahi. Waduh!

Siswa yang berkelahi itu langsung kulerai. Mereka segera kuserahkan ke guru BK/BP. Saya pun masuk lagi ke kelas siswa yang berkelahi. Lalu, saya bertanya, ”Ini pelajaran apa?” Seorang siswa yang duduk di depan menjawab, ”Biologi, Pak!” Saya kaget. Bukankah Pak X tadi bersamaku menuju ke kelas? Kemana dia gerangan? Untuk menjaga solidaritas rekan sejawat, saya bertanya lagi, ”Lha kamu diberi tugas apa?” Serentak siswa menjawab, ”Mencatat, Pak!” Batinku berkata, innalillaahi wa inna ilaihi raaji’un. Sambil meninggalkan kelas, saya pun berpesan, ”Ya sudah, silakan lanjutkan mencatatnya. Jangan berkelahi lagi, ya.” Mereka pun mengiyakan.

Mengajar itu sangat mudah dan dapat dilakukan setiap orang. Tugas dan kewajiban guru terberat adalah mendidik. Karena itu mengharuskan dirinya untuk menjadi teladan bagi diri, siswa, guru, dan masyarakat sekitarnya. Ayo, majukan pendidikan kita! (www.gurumenulisbuku.blogspot.com)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun