Mohon tunggu...
Johan Wahyudi
Johan Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Pernah meraih Juara 1 Nasional Lomba Menulis Buku 2009 Kemdiknas, pernah meraih Juara 2 Nasional Lomba Esai Perpustakaan Nasional 2020, 30 pengarang dongeng terbaik Kemdikbud 2024, pendiri Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Mata Pena, mengelola jurnal ilmiah, dan aktif menulis artikel di berbagai media. Dikenal pula sebagai penyunting naskah dan ghost writer. CP WA: 0858-6714-5612 dan Email: jwah1972@gmail.com..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Generasi Pemalas

26 September 2010   10:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:57 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setiap pergi ke kota, saya pasti menjumpai pengamen, pengemis, dan gelandangan. mereka biasanya mangkal di pertigaan atau perempatan yang ada lampu bang-jo atau traffic light-nya. Mereka meminta sedekah atau pemberian kepada setiap pengendara motor atau mobil yang berhenti. Jika memang ada uang di dashboard, saya berusaha memberinya. Namun, saya sering juga bersikap cuek jika ternyata tidak tersedia.

Akhir-akhir ini, saya dikejutkan dengan semakin banyaknya pengamen. Mereka sering bergerombol dengan membentuk kelompok. Ada sekitar 3-6 orang. Alat musiknya pun beragam. Namun, alat music itu merupakan buatan mereka. Terlihat dari peralatan itu yang terbuat dari pralon.

Yang membuatku terhenyak dan sedih adalah umuran mereka. Ternyata, mereka rerata berumur sekitar 12 – 20 tahun. Umur yang sangat relative muda. Bahkan, di antara mereka masih berusia anak sekolah setara SD atau SMP. Ada juga pengamen yang berusia remaja dan pemuda. Mereka tampak sehat-sehat saja.

Melihat kondisi itu, saya sangat menyayangkan orang tua dan lingkungannya. Mereka adalah generasi yang seharusnya berada di kursi sekolah. Mereka seharusnya belajar agar mendapatkan masa depan. Namun, mengapa mereka berada di jalanan?

Saya tidak menyalahkan mereka. Mungkin mereka memang berasal dari keluarga miskin. Keadaan memaksa mereka untuk mengamen. Namun, saya sering kecewa dan sedih jika mendapati mereka justru merokok atau jajan.

Para pengamen itu telah menyia-nyiakan waktu dan usianya. Mereka sudah berkorban semuanya: waktu, tenaga, pikiran, dan kesehatan. Namun, mereka seakan tidak menganggapnya sebagai sebuah pengorbanan. Mereka lebih memilih pekerjaan hina itu dengan minta-minta. Demi serupiah-dua rupiah, mereka menggunakan kesempatan untuk bersenang-senang sesaat. Dasar generasi pemalas!

Jika kondisi itu terus berlanjut, saya menaruh iba dengan nasib bangsa saya. Suatu saat, bangsa kita dapat mengalami degenerasi alias kehilangan generasi penerus. Generasi yang tidak bermental pejuang. Generasi yang hanya bermental sebagai peminta-minta. Oleh karena itu, pemerintah harus segera melakukan pembenahan secara sinergis dengan departemen terkait.

Mereka adalah warga negara yang berhak mendapatkan layanan. Ini dijamin undang-undang dasar. Jadi, pemerintah tidak boleh bersikap diam atau pasif. Saya menduga dan berkeyakinan bahwa mereka pergi ke jalanan karena keadaan. Ayo pemerintah, wujudkan impian mereka!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun