[caption id="attachment_136489" align="aligncenter" width="662" caption="Penyemprotan bertujuan untuk menyuburkan tanaman dan bukan sebaliknya."][/caption]
Jika tanaman sudah mulai terlihat layu, itu menjadi pertanda bahwa tanaman perlu disiram. Maka, alangkah baiknya jika kita segera mengambil air. Lalu, segera pula kita menyiram tanaman itu dengan air secukupnya. Nah, sedemikian halnya jika kita mendapati kawan yang mulai terlihat “layu”. Maka, alangkah baiknya kita menyemprotnya pula.
Analogi penyemprotan tanaman di atas dapat digunakan untuk menyemprot kawan. Namun, menyemprot kawan berbeda dengan menyemprot tanaman. Kita mesti memiliki etika. Berkenaan dengan etika, saya akan berbagi tips menyemprot kawan, eh tanaman.
- Siapkanlah air secukupnya. Jika sebuah tanaman disemprot dengan air yang terlalu banyak, tanaman justru akan mati karena galepan atau terendam. Oleh karena itu, ada baiknya kita memakai dosis yang tepat. Bagaimana kita mengukurnya? Cukuplah dengan menakar kelayuannya. Sedemikian halnya dengan kawan kita. Sebaiknya kita menakar semprotan agar tidak mematikan kreativitasnya.
- Jika ingin menyemprot tanaman, kadang kita perlu menggunakan gayung. Tentunya penggunaan gayung bertujuan agar air dapat mengguyur tanaman secara tepat. Air tidak meluber ke sama-kemari. Sedemikian halnya jika kita ingin menyemprot kawan. Hendaknya kita menggunakan penalaran yang terukur dengan mengutamakan kemashlahatan seraya menjauhi sikap emosional berlebihan.
- Menyemprot tanaman perlu memilih waktu yang tepat: pagi hari atau sore hari. Mengapa? Konon sinar matahari membawa pengaruh yang sangat besar. Jika menyemprot tanaman pada pagi atau sore hari, tanaman itu akan mendapatkan banyak vitamin. Pemilihan waktu itu pun berlaku bagi penyemprotan teman kita. Hendaknya kita memilih waktu yang tepat agar tidak memancing keributan berkepanjangan.
- Setiap jenis tanaman memerlukan jumlah siraman yang berbeda-beda. Tanaman padi memerlukan air lebih banyak daripada cabai. Perbedaan itu menunjukkan bahwa kebutuhan setiap tanaman terhadap air berbeda-beda. Itu pun berlaku bagi penyemprotan terhadap kawan. Setiap orang memiliki kepekaan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, hendaknya kita memerhatikan kedalaman kebahasaan agar maksud dapat tersampaikan secara efektif.
- Jika tanaman yang mulai layu kembali segar, kita mesti berusaha agar tanaman itu berbuah. Buat apa tanaman itu rindang tetapi tanpa buah. Penyemprotan pun tak akan berguna. Sedemikian halnya dengan penyemprotan yang kita lakukan kepada kawan kita. Hendaknya kita memotivasinya agar terus berkarya yang lebih banyak dan lebih baik sehingga kawan kita terus berkenan berbagi melalui tulisannya.
Semua akan terlaksana indah jika kita menggunakan segalanya berdasarkan etika. Apapun agama, aliran, suku, budaya, bahasa, dan bangsa pastilah mengenal etika yang sama: menuju kebaikan. Kritikan tentunya bertujuan agar kondisi menjadi lebih baik dan jangan sampai terjadi sebaliknya. Jika ada kambing makan tanaman, kita tidak perlu memindahkan pagarnya. Cukuplah kambing itu ditali agar tidak lagi makan tanaman orang lain. Itu hanya berlaku bagi kambing. Bagi kita? Etika adalah panglima!
Sumber gambar: sini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H