Mohon tunggu...
Johan Wahyudi
Johan Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Pernah meraih Juara 1 Nasional Lomba Menulis Buku 2009 Kemdiknas, pernah meraih Juara 2 Nasional Lomba Esai Perpustakaan Nasional 2020, 30 pengarang dongeng terbaik Kemdikbud 2024, pendiri Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Mata Pena, mengelola jurnal ilmiah, dan aktif menulis artikel di berbagai media. Dikenal pula sebagai penyunting naskah dan ghost writer. CP WA: 0858-6714-5612 dan Email: jwah1972@gmail.com..

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Dua Nikmat yang Terabaikan

14 Januari 2012   00:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:55 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13265069062141588622

[caption id="attachment_163651" align="aligncenter" width="640" caption="Syukurilah nikmat sehat dan sempat dengan rajin bekerja."][/caption]

Sombong bin congkak adalah sifat manusia durjana. Manusia macam ini kelak menjadi penghuni neraka jahanam. Kesombongan manusia disebabkan perilaku buruk. Perilaku-perilaku menyimpang itu sering dilakukan secara sengaja. Bahkan, seakan manusia itu menantang Tuhannya. Jelas keilmuan sudah menyatakan bahwa perbuatan itu termasuk berdosa, tetapi manusia tetap melanggarnya. Maka, tak ayal bahwa manusia semacam itu memang layak menjadi penghuni annaar.

Berkenaan dengan kesombongan manusia, saya terkagetkan oleh isi khutbah kemarin. Sang khotib teramat mahir memainkan kalimat sehingga saya dibuatnya terperangah. Saya takjud dan berusaha selalu mengingat isi khutbah. Maka, saya akan menuliskannya di sini sehingga para sahabatku pun dapat memelajari isinya. Mudah-mudahan kita dapat mengamalkannya. Amin.

Ada dua jenis nikmat Tuhan yang terabaikan. Dua jenis nikmat itu begitu terasa sebagai penikmat hidup Namun, sungguh manusia sering melupakan dan bahkan terlalu sering menyepelekan. Bahkan, manusia sering menganggapnya sebagai sesuatu yang biasa sehingga mereka sama sekali tidak berpikir bahwa itu adalah salah satu bentuk kasih sayang Tuhan kepadanya. Kedua bentuk nikmat itu adalah nikmat sehat dan sempat.

Awal bulan ini, dua tetanggaku mengalami peristiwa yang teramat tragis. Keduanya mengalami kecelakaan yang teramat sepele tetapi mengakibatkan derita yang luar biasa. Tetangga pertama mengalami kejadian ketika ia berusaha mencari rambutan. Sebut saja Anto. Menurut berita yang tersiar, hari itu kampungku diguyur hujan lebat. Usai hujan, Anto ingin memetik buah rambutan di rumah mertuanya. Karena pepohonan diguyur hujan, tentu batangnya menjadi licin. Maka, Anto pun berhati-hati menaiki batang pohon itu.

Ketika Anto sudah berada di atas, ia bergegas memetik buah rambutan. Tiba-tiba, ia melihat bahwa sebagian genteng rumah mertuanya rusak. Secara spontan, ia pun berusaha membenahinya. Anto pun menginjakkan satu kaki di pohon dan satu kaki di atap. Tangannya berusaha meraih genteng yang rusak tadi. Tiba-tiba, batang pohon rambutan yang diinjaknya patah. Dan Anto pun jatuh ke bawah dari ketinggian sekitar 4 meter. Tak disangka, tulang belakang Anto patah!

Tetangga kedua pun mengalami kejadian yang teramat tragis. Sebut saja namanya Trisno. Menurut berita yang tersiar, hari itu Trisno ingin mencari batang kayu sejenis rotan ke hutan. Bersama dengan teman-temannya, Trisno pun berangkat. Ketika sudah tiba di hutan, Trisno berusaha mencari batang rotan ke atas pohon. Maka, ia pun memanjat. Beberapa batang rotan sudah berhasil dibawa ke bawah. Merasa sudah mendapatkan hasil yang lumayan, Trisno ingin turun. Ketika berada di ketinggian sekitar dua meter, Trisno jatuh.Tak disangka, tulang belakangnya pun patah.

Namun, nasib akhir keduanya berbeda. Anto langsung menjalani operasi dan berhasil disembuhkan. Meskipun menghabiskan biaya yang teramat besar, Anto masih dapat menarik nafas lega karena lukanya dapat segera disembuhkan. Kini, ia menjalani rawat jalan usai dirawat sekitar dua minggu di rumah sakit. Namun, nasib Trisno sungguh memilukan dan menyayat hati. Usai menjalani operasi, kondisinya memburuk. Meskipun sudah mengikuti petunjuk dokter dan menghabiskan biaya yang teramat besar, Trisno akhirnya meninggal dunia. Innalillahi wainnai ilahini raaji’un….!!!

Atas dasar kedua kisah di atas, tentunya kita harus menjadi pribadi yang gemar bersyukur. Dua jenis nikmat Tuhan di atas adalah benar-benar wujud rasa saying Tuhan kepada kita. Maka, mengapa kita sering mengabaikannya? Marilah kita berusaha menggunakan nikmat sehat dan sempat ini untuk menebar kebaikan. Jika sewaktu-waktu Tuhan menghendaki kita, tentunya kita tak lagi merasa gundah karena menghadap Tuhan ketika menjalankan perintah-Nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun