Ketika masih duduk di bangku SD, saya pernah mengenal seorang gadis, sebut saja Endang. Menurutku, Endang adalah gadis tercantik di kelasku. Oleh karena itu, saya harus bersaing mendapatkan “cintanya”. Kebetulan banyak temanku juga tertarik kepadanya. Akhirnya, terjadilah persaingan di antara kami. Ada yang mengandalkan kepandaiannya bermain bola, lari, atau wajah ganteng. Karena wajahku culun alias teramat lucu, saya tidak mungkin bersaing dengan modal seperti mereka. Satu-satunya modalku adalah otak. Kebetulan saya diberi otak yang lumayan encer karena selalu nangkring di ranking 1 atau 2 setiap tahunnya. Dan Endang sepertinya memang tertarik kepadaku. Bagiku, Endang adalah cewek tercantik yang pernah kumiliki.
Tadi sore, sekitar jam 16.00, saya mengantar istri berbelanja ke kota bersama dengan anak-anak. Kebetulan kulkas sudah kosong sedangkan saya masih menanggung sekitar 7 orang yang bekerja membangun rukoku. Maka, tentu istri memerlukan banyak kebutuhan pokok dan jajanan bagi anak-anak. Setiba di supermarket, saya pun memarkir mobil. Seperti biasanya, saya membiarkan istriku untuk berbelanja bersama dengan anak-anak, sedangkan saya berasyik-asyik menikmati jus apukat di café dekat supermarket sambil cuci mata. Hahaha…..!!!
Ketika sedang menikmati jus buah itulah, saya tak henti-hentinya memandang cewek-cewek nan cantik jelita. Mereka sangat memesona dan mengagumkan. Tubuhnya sangat seksi. Bibirnya sensual. Kulitnya mulus bak jalan tol. Dandanannya kurang kain karena terlalu ke bawah pada bagian atas dan terlalu ke atas pada bagian bawah. Nyaris saya tak berkedip menikmati sajian menu sore itu.
Jauh berbeda dengan Endangku ketika saya masih duduk di bangku SD. Endang hanyalah cewek dengan tubuh biasa, kulitnya hitam manis, dan dandanannya sangat sederhana. Jika dibandingkan dengan cewek masa kini, mungkin kondisinya dapat diibaratkan langit dengan bumi. Cewek-cewek masa kini nyaris memiliki kesempurnaan. Nyaris mereka tidak memiliki cacat fisik. Semua tampak mengagumkan. Sekitar satu jam saya menikmati pemandangan indah itu.
Tiba-tiba, HP-ku bordering. Tampak istri sedang berkirim SMS sebagai pertanda bahwa istriku sudah selesai berbelanja. Saya pun segera membayar jus apukat dan jajanan yang sempat kusantap. Bergegas pula saya mendatangi kasir di mana istriku sudah menungguku bersama dengan anak-anak. Tampak sebuah tas belanja dipenuhi beragam belanjaan. Tas belanjaan pun segera diantrekan ke kasir. Saya menunggu di ujung kasir karena beberapa pembeli juga sudah mengantre duluan.
Di depanku, seorang cewek berusia sekitar 22 tahun. Cantik dan manis sekali. Sayangnya, saya tidak berani menatapnya lama-lama. Tak lain karena istriku tampak memerhatikan kelakuanku. Saya berusaha tenang meskipun ada beberapa bagian tubuhku tidak mau tenang. Tak disangka, cewek yang tampak cantik dan manis itu hanya membeli sebuah bros rambut. Harganya tak lebih dari Rp 10.000,00. Weleh-weleh, cantik-cantik kok cuma membeli penjepit rambut. Tak sebanding dengan dandanan dan tampilannya yang aduhai. Dan cewek cantik itu berlalu sambil meninggalkan senyum manis special untukku. Hahaha…..
Teriring salam,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H