Terinspirasi tulisan sahabatku, Cahyadi Takariawan, saya berusaha menelaah secara datar alias permukaan. Telaah ini berdasarkan obrolanku dengan beberapa rekan lelaki dan perempuan. Mudah-mudahan telaah ini mendekati kebenaran sehingga dicapai kebahagiaan. Ini disebabkan perbedaan kemampuan pasangan untuk dapat saling memahami kekurangan dan atau kelemahan masing-masing.
Saya sering bertanya kepada teman-teman lelaki tentang keluarganya, khususnya sikap istri kepadanya. Pertanyaan itu berkisar, apakah istrimu pernah memerhatikan penampilanmu?, pernahkah istrimu marah-marah karena penampilanmu yang jorok?, dan pernahkah istrimu memuji penampilanmu? Beginilah jawaban yang diberikan teman-teman laki-lakiku.
Pertanyaan 1: Apakah istrimu pernah memerhatikan penampilanmu?
Hampir semua teman laki-lakiku menjawab bahwa istrinya tidak pernah memerhatikan penampilannya. Istrinya sibuk memerhatikan anak dan kondisi rumah. Segala bentuk pakaian dan atau penampilan suami luput alias terlepas dari perhatian sang istri. Apakah bajunya sudah terlihat elegan dengan celana? Apakah dasinya sudah cocok dengan bajunya? Apakah potongan rambut dan kumisnya sudah terlihat rapi? Semua tidak mendapat perhatian. Istri lebih suka memerhatikan hal lain daripada memerhatikan penampilan suami. Oleh karena itu, laki-laki atau suami mesti bersikap legawa alias memakluminya.
Pertanyaan 2: Pernahkah istrimu marah-marah karena penampilanmu yang jorok?
Jawaban teman laki-laki pun hampir sama. Istrinya sama sekali tidak memberikan penilaian terhadap penampilannya. Pakaian kotor nan jorok yang dikenakan suami atau laki-laki tidak menarik perhatiannya untuk sekadar menegur. Istri lebih memerhatikan penampilan diri daripada suami. Pada pandangan istri, penampilan suami justru diharapkan agar biasa-biasa saja.
Pertanyaan 3: Pernahkah istrimu memuji penampilanmu?
Lagi-lagi jawaban teman laki-lakiku pun sama. Istrinya tidak atau belum pernah memuji atau menyanjung kerapian penampilannya. Justru konon istri cepat bersikap cemburu jika sang suami terlihat berpenampilan rapi. Maka, bukan pujian yang didapat suami melainkan sikap curiga karena suami dianggap berpenampilan beda. Jika di rumah, suami berpenampilan biasa-biasa saja. Namun, mengapa suaminya berpenampilan begitu rapi dan terlihat gagah jika akan keluar rumah?
Seharusnya kita bersikap jujur. Baik suami maupun istri, keduanya memerlukan perhatian. Segala bentuk perhatian dapat diwujudkan. Suami memberikan perhatian terhadap kondisi rumah yang rapi atau berantakan. Suami bisa memberikan perhatian terhadap lezat dan hambarnya masakan. Dan suami bisa memberikan perhatian terhadap kerapian dan kejorokan penampilan. Namun, suami mesti mahir memilih situasi. Jangan seenaknya suami mencaci dan atau mengolok penampilan istri. Tunjukkanlah kelebihannya dan lalu kekurangannya secara halus.
---
Suatu hari, saya berkunjung ke rumah ibuku. Pada saat itu, ibu sedang memasak di dapur. Saya pun berjalan menuju dapur. Jujur saja, saya sangat menyukai masakan ibuku. Aroma masakannya benar-benar membuatku lapar. Aroma itu kian menyengat ketika saya makin dekat dapur. Ternyata, ibuku sedang memasak sayur lodeh dan menggoreng ikan bandeng. Saya paling suka dua jenis masakah itu. Maka, saya pun bergegas mengambil nasi di magic com dekat meja makan. Selanjutnya, saya mengambil sayur lengkap dengan sepotong ikan bandeng. Tak lama kemudian, saya menyantap masakan itu dengan lahapnya.