Mohon tunggu...
Johan Wahyudi
Johan Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Pernah meraih Juara 1 Nasional Lomba Menulis Buku 2009 Kemdiknas, pernah meraih Juara 2 Nasional Lomba Esai Perpustakaan Nasional 2020, 30 pengarang dongeng terbaik Kemdikbud 2024, pendiri Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Mata Pena, mengelola jurnal ilmiah, dan aktif menulis artikel di berbagai media. Dikenal pula sebagai penyunting naskah dan ghost writer. CP WA: 0858-6714-5612 dan Email: jwah1972@gmail.com..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar Entrepreneur, Datangilah Kompasianer Ini

31 Maret 2012   04:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:13 757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13331667101600861106

[caption id="attachment_179384" align="alignleft" width="300" caption="Pic yang digunakan Mas Jebe."][/caption]

Kampus kompasiana mestinya berucap terima kasih kepada kompasianer. Ucapan terima kasih itu mesti dikeluarkan karena kampus ini dihuni oleh dosen dan mahasiswa yang luar biasa. Begitu banyak ilmu didapatkan di sini. Hamper segala ilmu tersedia dan mudah dibaca serta dipahami. Lebih untungnya lagi, segalanya digratiskan. Dari sekian banyak ilmu itu, saya dikagumkan dengan wawasan keilmuan tentang dunia entrepreneur alias kewirausahaan yang dimiliki kompasianer ini. Tak lain adalah Je Be.

Pada awalnya, saya tak mengenalnya. Saya hanya diajak berteman beberapa waktu lalu. Lalu, seperti kebiasaanku, saya berusaha melacak karakter tulisannya. Memang begitulah kebiasaanku sebelum menentukan pertemanan. Saya memang bersikap selektif untuk memilih teman. Bagiku, teman adalah sekolah di mana saya akan mendapatkan pengaruh. Jika saya berteman dengan orang yang berakhlak baik, tentunya saya akan terbawa. Namun, tentu itu pun berlaku sebaliknya.

Mas Jebe, begitu saya biasa memangilnya, mengenalkan dirinya sebagai entrepreneur. Saya suka dunia usaha meskipun saya belum berkiprah di dunia itu. Saya pernah menjadi pengusaha mebel dan kayu tetapi tidak menekuninya karena agak mengganggu profesi utamaku sebagai pengajar. Meskipun usaha itu pernah menghasilkan keuntungan yang lumayan, saya terpaksa meninggalkannya hingga saya bertemu dengan profesi utamaku, yakni penulis buku.

Ketika menyimak dan memerhatikan tulisan dan komentar atau tanggapan yang disampaikan Mas Jebe, saya benar-benar terkesima. Wawasan tentang dunia entrepreneur menimbulkan decak kagum. Jika membaca karakter tulisannya, saya dapat mengambil kesimpulan bahwa Mas Jebe masih berumuran di bawah lima puluh tahun. Itu dapat terbaca dari emosinya yang kadang, bahkan sering, meletup-letup jika mendapati pandangan yang berseberangan.

Wawasan entrepreneur yang disampaikan Mas Jebe tentu saja teramat bermanfaat bagi kita-kita yang ingin belajar tentang kewirausahaan. Menjadi Pegawai Negeri Sipil sepertiku memang diidolakan banyak orang. Namun, tentunya profesi ini dibatasi oleh beragam aturan dan segala hal yang berhubungan dengan tata kepegawaian. Dan Mas Jebe datang dengan ilmu tentang entrepreneur. Jelas itu menjadi suatu keuntungan yang luar biasa.

Cobalah teman-teman menyimak beragam pendapat dan ulasannya. Saya yakin bahwa teman-teman akan bersepakat bahwa Mas Jebe memang berpengalaman di bidang entrepreneur. Tak perlu kita memerhatikan status dan perbedaan pandangan. Meskipun keluar dari pantat ayam, ambillah jika itu telur. Buanglah jauh-jauh jika itu kotoran meskipun diucapkan oleh kyai sekalipun. Jadi, saya mengajak teman-teman untuk belajar tentang dunia entrepreneur kepada Mas Jebe.

Kepada Mas Jebe, ayo keluarkan segala jenis wawasanmu tentang dunia entrepreneur. Kami akan menyambut segala wawasanmu dengan senang hati. Jangan pelit ilmu karena ilmu tidak akan berkurang meskipun diberkan kepada banyak orang. Justru ilmu yang diberikan itu akan disebarluaskan sehingga akan memuliakan pemiliknya. Saya berharap agar Mas Jebe terus mengulas segala hal yang berhubungan dengan entrepreneur secara komprehensif dan konsisten.

Teriring salam,

Johan Wahyudi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun