[caption id="attachment_140443" align="aligncenter" width="640" caption="Pidato adalah kegiatan berbahasa yang resmi sehingga mesti menggunakan bahasa resmi pula."][/caption]
Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wa barakaatuh.
Yang terhormat, Ketua RT Dusun Sukamaju
Dan hadirin yang berbahagia,
Terlebih dahulu, marilah kita bersyukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kita masih berkesempatan untuk menghadiri acara pemilihan Rt di lingkungan kita. shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Allah, Muhammad SAW, yang selalu kita nanti-nantikan syafaatnya pada akhir zaman.
Hadirin yang berbahagia,
Malam ini, kita telah bersepakat untuk memilih calon pemimpin di lingkungan kita. Sebagaimana tuntutan agama, hendaknya kita memilih pemimpin dengan empat kriteria, yaitu sidiq, amanah, fathonah, dan tabligh. Sidiq berarti calon pemimpin mesti benar dan mengajak hadirin kepada jalan kebenaran. Hendaknya kita memilih calon pemimpin yang selalu mengajak kita agar menaati aturan dan tidak mengajak kita untuk melanggarnya.
Amanah berarti bahwa pemimpin mesti dapat dipercaya. Hendaknya kita tidak terbius oleh janji dan atau sumpah serapah. Kita mesti memantapkan pilihan sembari menganalisis kelebihan dan kekurangan calon pemimpin yang akan kita pilih. Kesalahan hari ini akan menjadi penyesalan kita nanti.
Fathonah berarti bahwa pemimpin mesti pintar mengatur masyarakat. Cara mengatur terbaik adalah memberikan keteladanan. Oleh karena itu, hendaknya kita memilih pemimpin yang benar-benar dapat menjadi contoh dan atau figur. Tentunya keteladanan itu dapat disebabkan kepandaiannya, kedermawanannya, kesantunannya, dan atau kesalehannya.
Dan persyaratan keempat adalah tabligh, yaitu pemimpin yang selalu berani menyampaikan kebenaran kepada rakyat. Pemimpin yang tidak bertujuan mencari popularitas dan atau tendensius demi gengsi dan atau ambisi. Pemimpin itu mesti berani berkata bahwa benar adalah benar dan salah adalah salah.
Hadirin yang berbahagia,
Kita mesti belajar kepada masa lampau. Kesalahan memilih pemimpin ternyata sungguh memberikan dampak negatif pada masa yang akan datang. Oleh karena itu, hendaknya kita belajar dan menjadikan semua peristiwa itu sebagai pembelajaran. Janganlah kita mengulang kesalahan yang sama karena itu akan berdampak lebih besar pada masa yang akan datang. Barang siapa membiarkan seseorang melakukan perbuatan dosa, sesungguhnya ia telah ikut berbuat dosa.
Atas dasar itulah, saya tidak berambisi untuk dipilih dan terpilih menjadi pemimpin. Begitu beratnya beban menjadi pemimpin. Sungguh itu menjadi pertanggungjawaban yang luar biasa, baik kepada masyarakat saat ini maupun pada akhirat nanti. Kiranya saya merasa belum waktunya menjadi pemimpin karena saya belum berani menanggung semua dampaknya. Maka, saya persilakan hadirin untuk memilih figur calon pemimpin yang layak menjadi pemimpin. Mantapkan hati dan tetapkan pilihan: pemimpin terbaik adalah nurani Anda.
Sebagai penutup sambutan, saya berterima kasih jika tidak terpilih. Saya akan berucap innalillah jika saya terpilih. Tentunya saya justru berharap agar Saudara tidak memilih saya. Terima kasih untuk semua perhatian yang diberikan dan mohon maaf jika saya melakukan kesalahan. Billahitaufiq wal hidayah, warridla wal inayah.
Wassalaamu’alaikum warahmatullahi wabaraakaatuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H