Peristiwa ini sudah terjadi cukup lama. Namun, bekas atau kesan peristiwa itu begitu mendalam sehingga saya sulit melupakannya. Beginikah cara wanita (baca: istri) memprotes suaminya? Hehehe…. Kisah malamku berawal dari sini: Gaya Protes Istriku.
Suatu hari, saya mengajak anak-istri untuk berbelanja ke toko swalayan terkenal di Kota Solo. Kami berencana untuk berbelanja pakaian. Cukup lama kami tidak berdandan alias bersolek dengan pakaian baru. Maka, hari itu, kami memutuskan berbelanja pakaian sepuasnya.
Usai menempuh perjalanan sekitar setengah jam, kami tiba di toko swalayan. Begitu usai memarkir mobil, saya berpesan kepada istri, “Pilih saja pakaian yang mama suka.” Istriku pun mengangguk dan kami pun berpisah. Memang saya mempunyai kebiasaan untuk berbelanja secara terpisah. Saya kurang menyukai menemami istri berbelanja. Lama banget. Hehehe…..!!!
Lalu, saya pun memilih-milih pakaian yang menurutku up to date model dan motifnya. Saya memasukkan pakaian terpilih itu ke dalam tas yang sudah dipersiapkan. Saya memilih tiga stel pakaian ditambah pakaian dalam. Dan saya pun menuju kasir untuk menyerahkan barang tersebut.
Ternyata, istriku belum selesai memilih dan menentukan pakaian pilihannya. Saya pun berinisiatif untuk menghubunginya. Tak berapa lama kemudian, istri dan anak-anak sudah menenteng tas belanjaan masing-masing. Mereka pun menyerahkan tas belanjaan itu kepada kasir toko swalayan.
Kasir pun mulai menghitung harga. Satu-dua-tiga pakaianku diperiksa dengan sinar infra merah. Dan terlihat dan terbaca bilangan yang cukup banyak. Memang saya memilih pakaian yang agak bermerk. Biasalah, biar saya tampak lebih muda. Hahaha…..!!!
Kini giliran pakaian pilihan istriku dihitung. Namun, saya melihat rona mukanya agak cemberut. Entah mengapa wajah istriku kok ditekuk? Usai menghitung belanjaan istri, kini kasir memeriksa harga pakaian anak-anak. Setelah sekian lama, kasir menunjukkan bilangan harga yang harus kubayar. Lumayan banyak. Tak apa-apalah, demi kebahagiaan keluarga.
Kami pun menuju tempat parkir mobil. Dalam perjalanan menuju tempat parkir, istriku tak mengeluarkan sepatah kata pun meskipun anak-anak saling memamerkan baju barunya. Istriku diam saja. Saya sih cuek saja. Langsung saja saya tancap gas meninggalkan toko swalayan itu menuju rumah makan untuk makan siang.
Ketika di mobil itulah, saya memberanikan diri untuk bertanya kepada istri, “Kenapa Mama diam saja dari tadi?” Istriku tidak menjawab. Justru istriku membuang muka. Eh, ngambeg, nih. Hehehe….
Lalu, saya lagi-lagi saya bertanya ke istriku, “Ngapain kok diam saja. Memangnya ada apa’an, sih?”
“Lha itu, pakaian jenengan lebih mahalan daripada punyaku” jawab istriku sewot. Lhadalah, ternyata selisih harga pakaianku dengan istriku memang terlalu jauh. Satu stel pakaianku dapat digunakan untuk membeli dua stel pakaian istri. Hahahaha….!!!
“Lha ngapain nggak pilih pakaian yang mahal. ‘Kan tadi saya sudah bilang, pilih pakaian yang Mama suka, ‘kan?” komentarku menahan tawa. Dan lagi-lagi istriku cuma cemberut dan membuang muka. Ya sudah kalau ngambeg terus. hehehe…..
Saudara-saudara, tahukah nasib pakaian baru istriku itu? Hingga sekarang, pakaian baru itu tak pernah dipakai meskipun di rumah sekalipun. Hahahaha….!!!
Selamat Malam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H