Mohon tunggu...
Johan Wahyudi
Johan Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Pernah meraih Juara 1 Nasional Lomba Menulis Buku 2009 Kemdiknas, pernah meraih Juara 2 Nasional Lomba Esai Perpustakaan Nasional 2020, pendiri Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Mata Pena, mengelola jurnal ilmiah, dan aktif menulis artikel di berbagai media. Dikenal pula sebagai penyunting naskah dan ghost writer. CP WA: 0858-6714-5612 dan Email: jwah1972@gmail.com..

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Antara Gaji Produser TV dengan Royalti Penulis Buku

26 Juli 2012   00:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:37 2416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_202687" align="aligncenter" width="570" caption="Gaji produser teve memang besar tetapi kalah banyak dengan penulis buku."][/caption]

Berbincang tentang penghasilan, kita tentu ingin mendapatkannya secara berlebih. Oleh karena itu, kita ingin menambah dan menambah terus penghasilan seraya mengikuti irama pekerjaan. Bagi orang yang bekerja di perusahaan swasta, dia akan memilah dan memilih jenis perusahaan yang memberikan kesejahteraan lebih tinggi. Perusahaan yang berani memberikan gaji tinggi tentu akan menjadi pilihan utamanya. Bagi pegawai negeri, tentu dia pun ingin menambah penghasilan. Maka, PNS pun berusaha menambah jenis pekerjaan di sela-sela sebagai abdi masyarakat. Banyak pekerjaan dapat dipilih jika tertarik. Namun, satu hal yang tidak boleh dilakukan PNS adalah korupsi. Saya tergelitik oleh tulisan sahabatku yang berjudul Mengintip Gaji Produser TV di Indonesia yang saat ini nangkring sebagai tulisan Headline. Tulisan itu berisi pendeskripsian besaran gaji para produser televisi di Indonesia. Penulis cukup jeli dengan memberikan perbandingan gaji produser televisi satu dengan yang lain. Jika boleh saya mengambil kesimpulan, rerata gaji produser televisi itu berkisar Rp 7-10 juta. Apakah gaji itu terbilang besar? Bagi saya yang tinggal di desa, gaji itu terbilang besar. Rerata kebutuhan hidup di kampungku paling berkisar Rp 30.000 per hari. Bagi keluargaku, saya menghitung kebutuhan untuk istri dan anak sebesar Rp 50.000 per hari. Jadi, saya dapat menabung lumayan banyak setiap bulan jika saya mendapat gaji sebesar itu. Namun, produser itu bekerja dan tinggal di Jakarta. Kita telah begitu paham tentang kebutuhan dasar hidup di Jakarta. Nyaris semua harus dibayar. Makan sederhana di warung tenda berkisar Rp 15.000 sekali makan. Itu berarti bahwa saya harus merogoh kocek Rp 45.000 per hari hanya untuk makan. Biaya itu belum termasuk ongkos transportasi dan tol. Belum termasuk pula kebutuhan pribadi. Kencing saja mesti bayar Rp 1000. Dan semua itu belum termasuk membayar sewa apartemen atau kos. Jadi, apakah gaji Rp 7 juta terbilang besar? Menurutku: TIDAK! Maka, saya menyarankan teman-teman untuk memikirkan langkah-langkahku untuk mendapatkan passive income. Apa itu? Jawabnya: MENJADI PENULIS BUKU. Sebagai PNS, saya digaji sekitar Rp 3 juta setiap bulannya. Lalu, saya menyerahkan 100% gaji itu kepada istriku. Saya berpesan kepadanya, "Kamu gunakan sehari silakan, seminggu silakan, atau sebulan pun silakan. Namun, itu adalah penghasilanku sebagai PNS. Maka, gunakanlah uang itu sebaik-baiknya dan jangan suka mengeluh dengan kondisi keuangan. Jika memang memerlukan tambahan uang, tentu saya pun akan memberikan tambahan nafkah." Karena saya sudah menyerahkan seluruh gaji kepada istriku, bagaimanakah saya memenuhi segala kebutuhanku? Saat ini, saya sedang menempuh pendidikan S3. Saya juga membangun sebuah ruko berlantai dua. Saya juga perlu membantu si miskin papa. Saya pun perlu menjaga penampilan dan kebutuhan pribadi. Saya juga memerlukan ongkos pergi. Bahkan, saya pun masih mampu membeli beberapa bidang tanah. Darimanakah saya mendapatkan semua biaya itu? Jawabnya: royalti buku. Sebenarnya saya sudah bisa menikmati hidup dengan gajiku sebagai PNS. Di kampungku, gaji Rp 3 juta per bulan terbilang besar. Lingkungan pun tidak menuntut banyak penampilan. Rumah sederhana dan makan pun ala kadarnya. Bahkan, banyak rezeki datang sendiri karena diberi tetangga kanan kiri. Jadi, untuk apa saya harus susah-susah bekerja sambilan jika semua kebutuhan sudah tercukupi? Namun, saya tidak memanfaatkan status PNS itu dengan bersantai ria karena memiliki kursi yang empuk dengan gaji yang lumayan. Di sela kesibukan sebagai PNS, saya menyibukkan diri dengan menulis puluhan buku. Saya memang memilih menulis buku pelajaran daripada buku umum. Buku pelajaran memberikan banyak keuntungan daripada buku umum. Rerata satu buku dapat diselesaikan sebulan. Jadi, saya memang berusaha menjadikan jati diri alias mengidentikkan diri sebagai penulis buku pelajaran. Dari puluhan buku itu, saya mendapatkan banyak keuntungan: karier melejit, nama dikenal luas, naskahku disayang penerbit, sering diundang mengisi kegiatan kepenulisan ke banyak tempat, dan uang datang sendiri. [caption id="attachment_202688" align="aligncenter" width="300" caption="Satu dari tiga buku pelajaran terbaruku."]

1343262485223772295
1343262485223772295
[/caption] Royalti buku tak terbilang jumlahnya. Rerata saya mendapatkan 6,5% setiap buku dari harga bruto buku sebesar Rp 68.000. Saya akan mendapatkan besaran royalti yang fantastis jika satu bukuku dicetak 50 ribu eks untuk se-Indonesia, diedarkan, dan terjual habis. Itu baru satu buku sedangkan saya telah menulis puluhan buku pelajaran. Dan itu belum termasuk rabat 35% jika saya ikut menjualnya. Luar biasa jumlahnya! Maka, saya menyarankan teman-teman untuk meniru profesi ini jika memang dipandang baik. Sungguh penulis buku merupakan profesi mulia karena mengajarkan kebaikan kepada pembaca. Karena menularkan kebaikan kepada pembaca, wajarlah jika Tuhan memberikan kemuliaan kepada penulisnya. Sesungguhnya Aku akan meninggikan orang-orang yang berilmu dengan beberapa derajat, itu adalah salah satu ucapan Allah sebagai bukti kebenaran janji-Nya. Derajat di sini dapat diartikan sebagai kemuliaan hidup: mulia karena ilmunya dan mulia karena hartanya. Apakah Anda tertarik untuk menjadi penulis buku? Teriring salam, Johan Wahyudi

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun