[caption id="attachment_158213" align="aligncenter" width="640" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]
Mungkin profesi yang sering mendapat sorotan buruk adalah para penegak hukum: hakim, jaksa, polisi, dan pengacara. Jujur saja, profesi itu kerap digoda oleh beragam godaan: uang, wanita atau pria, dan harta lain. Maka, banyak oknum penegak hukum terlibat beragam kasus yang mencoreng moreng lembaga, diri, dan profesi. Dan jika itu terjadi, teramat sulitlah baginya untuk membersihkan diri. Masyarakat sering bersikap apriori, sangsi, dan juga tidak memercayai beragam slogan untuk memerbaiki citra buruk lembaganya.
Namun, sebaiknya kita tidak menggeneralisasi kondisi itu. Masih ada kok aparat penegak hukum yang memiliki empati dan simpati tinggi. Baru saja saya bertemu dengannya. Tak lain adalah seorang polisi yang bertugas di daerahku. Polisi itu termasuk perwira. Sangat sopan, gemar melayani, dan juga gemar belajar. Apa, gemar belajar? Iya, pak polisi itu gemar belajar. Bagaimana saya mengetahuinya?
Beberapa tahun silam, saya pernah berkunjung ke sebuah kantor kepolisian. Saya kehilangan surat berharga sehingga perlu mencari surat keterangan kehilangan dari kepolisian sebagai persyaratan untuk membuat surat baru. Ketika itu, saya diterima dengan baik oleh para polisi yang bertugas di sana. Selain saya sudah mengenal baik para polisi yang bertugas, saya kadang berkunjung ke kantor sekadar bertukar pikiran. Maka, kunjunganku ke kantor itu menimbulkan situasi yang teramat menyenangkan. Mengapa? Karena pak polisi sedang mendiskusikan sebuah informasi yang dimuat di koran lokal.
Karena dianggap memahami permasalahan, pak polisi memintaku untuk memberikan tanggapan atas beragam pendapat tersebut. Saya senang sekali karena pak polisi mengisi waktu dengan berdiskusi dan mendiskusikan beragam permasalahan masyarakat. Daripada duduk atau menonton televisi, jelas diskusi adalah wahana untuk bertukar pikiran. Maka, saya pun memberikan tanggapan atas masalah yang menjadi topik diskusi. Ternyata, pendapatku diterima pak polisi secara objektif. Saya senang sekali dan pak polisi pun ikut senang.
Tadi, baru saja saya mengurus buku tabungan. Saya kehilangan buku tabungan sehingga perlu melapor ke kepolisian agar bank membuatkan buku tabungan pengganti. Maka, saya pun pergi ke kantor kepolisian terdekat dengan kantor bank. Setelah menyeberang jalan, saya melapor kepada petugas jaga. Saya diterima dan ditanyai tentang keperluanku. Tentu saja saya menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan senang hati.
Tiba-tiba, seorang polisi keluar dari sebuah ruang pimpinan. Pak polisi itu berpakaian biasa sehingga tampak biasa pula. Namun, saya teramat terkejut ketika memerhatikan mukanya. Sungguh di luar dugaan. Pak polisi itu adalah teman diskusiku ketika saya mencari surat keterangan kehilangan beberapa tahun silam. Pak polisi itu (mungkin) sudah menduduki jabatan penting di instansinya karena terlihat pak polisi yang lain begitu menaruh hormat kepadanya. Dari tatapanku itu, pak polisi itu memandangku. Dan kami pun tertawa-tawa karena kami sudah saling mengenal. Saya pun langsung diajak masuk ke ruang kerjanya.
Tak disangka, beliau bercerita tentang banyak hal: keluarga, karier, dan juga kegemarannya saat ini. Tak lain adalah belajar lagi ke jenjang yang lebih tinggi. Pak polisi itu berkisah bahwa dirinya sedang menimba ilmu lagi pascasarjana sebuah universitas ternama. Betapa senangnya saya mendengar berita itu. Sungguh berita itu teramat menyejukkan karena pak polisi itu sempat ragu-ragu untuk menimba ilmu lagi. Beberapa tahun lalu, pak polisi itu sudah menyatakan ketertarikannya untuk melanjutkan pendidikan. Namun, entah apa sebabnya, pak polisi itu mengurungkan niatnya. Dan hari ini, kabar baik begitu merdu terdengar di telingaku.
Jujur saja, saya sangat senang jika berdiskusi dengan banyak kawan tentang pendidikan. Menurutku, investasi paling menguntungkan adalah ilmu. Tidak pernah ada orang miskin karena mencari ilmu. Ketika ilmu itu dicari dan diperoleh, dengan sendirinya Tuhan akan mengangkat orang-orang berilmu itu beberapa derajat. Derajat di sini dapat diartikan sebagai derajat materi dan juga nonmateri. Tidak pernah ada orang pintar yang hidupnya terlunta-lunta. Tidak pernah ada orang pintar yang hidupnya tidak berguna bagi masyarakat di sekitarnya.
Bagimu pak polisi sekaligus sahabatku, saya mengucapkan selamat bagimu. Semoga keinginanmu untuk menimba ilmu akan semakin menumbuhkan kecintaanmu terhadap ilmu. Jika ilmu itu sudah diraih, sebaiknya engkau segera menerapkannya berdasarkan kewenangan yang kaumiliki. Janganlah ilmu itu disimpan. Selamat dan selamat atas studi lanjutnya. Semoga Tuhan memberikan kemudahan bagimu. Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H