Seorang teman pernah menyapa sekaligus bertanya, "Apakah saya bersedia menawarkan buku yang pernah diterbitkan ke penerbit mayor?"
Pertanyaan itu sulit dijawab, tetapi harus dijawab:
"Maaf, Pak. Buku Bapak itu berisi pengalaman hidup Bapak. Jadi, itu terlalu subjektif. Cobalah Bapak menulis buku dengan topik keterampilan berbahasa, life skill, soft skill dan lain-lain. Atau model-model pendidikan karakter yang saat ini sedang booming..."
Berkali-kali saya jelaskan di berbagai kesempatan bahwa penulis sebaiknya tidak sekadar menulis dan menerbitkan buku, tetapi benar-benar mempertimbangkan pangsa pasar pembaca. Jika bukunya hanya berisi biografi pribadi, siapa juga yang tertarik membelinya. Buku biografi tokoh ternama saja belum tentu laku, apalagi cuma kita yang belum memiliki kekuatan personal branding.
Terlebih, penerbit itu sangat selektif menerima naskah dan menerbitkannya. Hanya akan menerbitkan satu naskah buku saja, sebuah penerbit mayor membutuhkan biaya puluhan juta untuk mencetak setidaknya 3000 buku. Dengan modal sebesar itu, penerbit tentu berharap untung dari penjualan bukunya. Karena itulah, dicari naskah buku yang memiliki marketable values bagus.
Oleh karena itulah, penulis perlu memperhatikan naskahnya dengan baik. Buku ditulis dan diterbitkan sebaiknya bukan sekadar untuk kebanggaan, melainkan bisa dijual sehingga dapat memberikan keuntungan finansial dan lainnya. Itu dapat diraih jika penulis memperhatikan kebutuhan pasar saat ini. Jika cermat, cerdik, dan cerdas, penulis pasti bisa menemukan celah untuk menjadikan bukunya best seller.
Semangat menulis....
---
Judul Buku : Mengatasi Kenakalan Anak Tanpa Melanggar Undang-Undang
Penulis : Johan Wahyudi dan Hari Wibowo
Tebal : 166 halaman