Mohon tunggu...
Johan Wahyudi
Johan Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Pernah meraih Juara 1 Nasional Lomba Menulis Buku 2009 Kemdiknas, pernah meraih Juara 2 Nasional Lomba Esai Perpustakaan Nasional 2020, 30 pengarang dongeng terbaik Kemdikbud 2024, pendiri Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Mata Pena, mengelola jurnal ilmiah, dan aktif menulis artikel di berbagai media. Dikenal pula sebagai penyunting naskah dan ghost writer. CP WA: 0858-6714-5612 dan Email: jwah1972@gmail.com..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menulis Artikel yang Baik

24 Februari 2016   18:47 Diperbarui: 24 Februari 2016   18:57 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Empat, me-review dan menyunting naskah. Sebelum naskah dikirim ke media, artikel perlu dilakukan review dan penyuntingan. Review adalah membaca ulang naskah tersebut agar tidak terjadi kesalahan atau kekurangan materi. Penyuntingan adalah kegiatan menelaah artikel agar tidak terjadi kesalahan konsep dan bahasa. Kesalahan konsep dapat berakibat fatal karena menyesatkan pembaca. Kesalahan bahasa terjadi pada kesalahan penggunaan ejaan, tanda baca, dan penyusunan kalimat. Oleh karena itu, sebaiknya artikel itu dimintakan pendapat kepada ilmuwan dan bahasawan sehingga dapat terhindar dari kesalahan konsep dan bahasa.

Lima, mengirim naskah ke media. Artikel dapat dikirim dengan dua cara, yaitu menggunakan print out dan memanfaatkan email. Sebelum dikirim, artikel perlu dilengkapi dengan deskripsi riwayat penulis di bagian bawah artikel, alamat lengkap, email, fotokopi KTP/ SIM, NPWP, nomor rekening bank, dan nomor telepon. Jika dikirim berbentuk cetakan, artikel perlu dilengkapi dengan surat pengantar dan dikirim dengan menggunakan jasa kurir. Jika dikirim dengan email, artikel perlu dilengkapi dengan kata pengantar ke redaksi dengan memperhatikan kesantunan berbahasa.

Penolakan pasti pernah dialami semua penulis. Tidak ada satu pun penulis yang berhasil tanpa penolakan. Naskah ditolak tentu karena dinilai redaksi atau penerbit tidak memenuhi syarat. Syarat-syarat itu meliputi keluasan kajian, jumlah karakter atau halaman, dan kualitas bahasa. Dari penolakan inilah, penulis (baca: pengirim) bisa mempelajarinya. Maka, penolakan bukanlah hari kiamat bagi penulis. Penolakan justru dapat dijadikan tonggak untuk menjadi penulis yang hebat.

Catatan:

Artikel di atas telah dimuat Koran Joglosemar, 24 Februari 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun