Empat, me-review dan menyunting naskah. Sebelum naskah dikirim ke media, artikel perlu dilakukan review dan penyuntingan. Review adalah membaca ulang naskah tersebut agar tidak terjadi kesalahan atau kekurangan materi. Penyuntingan adalah kegiatan menelaah artikel agar tidak terjadi kesalahan konsep dan bahasa. Kesalahan konsep dapat berakibat fatal karena menyesatkan pembaca. Kesalahan bahasa terjadi pada kesalahan penggunaan ejaan, tanda baca, dan penyusunan kalimat. Oleh karena itu, sebaiknya artikel itu dimintakan pendapat kepada ilmuwan dan bahasawan sehingga dapat terhindar dari kesalahan konsep dan bahasa.
Lima, mengirim naskah ke media. Artikel dapat dikirim dengan dua cara, yaitu menggunakan print out dan memanfaatkan email. Sebelum dikirim, artikel perlu dilengkapi dengan deskripsi riwayat penulis di bagian bawah artikel, alamat lengkap, email, fotokopi KTP/ SIM, NPWP, nomor rekening bank, dan nomor telepon. Jika dikirim berbentuk cetakan, artikel perlu dilengkapi dengan surat pengantar dan dikirim dengan menggunakan jasa kurir. Jika dikirim dengan email, artikel perlu dilengkapi dengan kata pengantar ke redaksi dengan memperhatikan kesantunan berbahasa.
Penolakan pasti pernah dialami semua penulis. Tidak ada satu pun penulis yang berhasil tanpa penolakan. Naskah ditolak tentu karena dinilai redaksi atau penerbit tidak memenuhi syarat. Syarat-syarat itu meliputi keluasan kajian, jumlah karakter atau halaman, dan kualitas bahasa. Dari penolakan inilah, penulis (baca: pengirim) bisa mempelajarinya. Maka, penolakan bukanlah hari kiamat bagi penulis. Penolakan justru dapat dijadikan tonggak untuk menjadi penulis yang hebat.
Catatan:
Artikel di atas telah dimuat Koran Joglosemar, 24 Februari 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H