Ketika masih kuliah di Yogyakarta pada 1993, saya sempat berkenalan dengan seorang perempuan. Sebut saja perempuan itu bernama Oni. Perempuan itu berwajah biasa-biasa saja. Namun, saya tertarik dengan kesederhanaannya meskipun Oni berasal dari keluarga pejabat tinggi. Pada akhirnya, saya pun berpacaran dengannya.
Karena ayahnya menjadi pejabat, Oni sering berpindah-pindah rumah dinas. Terakhir yang saya ketahui, ayahnya menjadi pejabat teras di Provinsi Bengkulu. Sebelumnya, ayahnya sempat bertugas di Padang. Oleh karena itu, Oni memiliki logat atau dialek bahasa kemelayu-melayuan. Seperti perempuan yang berasal dari Padang atau Riau.
Suatu ketika, saya diajak makan di rumahnya. Tentu saja saya senang sekali. Mengapa? Saya masih nge-kos sehingga tawaan itu seperti saya mendapatkan durian runtuh. Pucuk dicinta ulam tiba.Karena saya berposisi sebagai tamu, saya tentu agak sungkan ketika diminta mengambil makanan yang dihidangkan di meja. Maklum saja, saya berasal dari keluarga ndeso.
Sebenarnya saya tidak jadi berhasrat untuk makan siang. Mengapa? Karena makanan yang tersaji kurang menarik selera. Makanan itu terdiri atas semur jengkol, daun singkong rebus, rendang, otak sapi, gulai dan segala masakan berbau santan. Saya paling benci dengan masakan yang berbumbu santan. Maka, saya pun hanya mengambil sedikit sebagai ungkapan rasa sayangku kepada pacarku itu. Hubungan kami terputus karena saya diminta pulang kampung usai lulus pada 1997.
----
Siang ini, saya akan mengikuti perkuliahan di UNS. Sejak pagi tadi, saya sudah bepergian ke sana kemari karena mesti menyerahkan perangkat mengajarku ke Bagian Akademik sebuah kampus PTN di Solo Barat. Karena terlalu sibuk, saya kurang memerhatikan perutku yang terus bernyanyi. Ternyata, saya memang merasa lapar sekali.
Ketika tiba di depan pintu gerbang UNS, tiba-tiba pandanganku tertuju ke RM Padang di seberang jalan. Setiap kali melewati pintu gerbang selatan kampus UNS, selalu saja saya teringat dengan RM Padang. Saya kangen masakan Padang. Ternyata, saya telah menjadi penggila masakan padang, khususnya semur jengkol, petai, otak sapi, dan rendang daging sapi.
Saya pun bergegas memarkir mobil di ujung jalan. Lalu, saya menyeberang jalan. Dan tentu saja, saya segera memesan menu kesukaanku. Sungguh terasa nikmat makan masakan Padang sambil ditemani kenangan masa romantis kala masih berpacaran dengan Oni. Saya senyum-senyum ketika memesan masakan dan menikmatinya. Ya, begitulah. Saya terkenang selalu dengan si dia. Hehehe….
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H