Mohon tunggu...
Johan Wahyudi
Johan Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Pernah meraih Juara 1 Nasional Lomba Menulis Buku 2009 Kemdiknas, pernah meraih Juara 2 Nasional Lomba Esai Perpustakaan Nasional 2020, 30 pengarang dongeng terbaik Kemdikbud 2024, pendiri Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Mata Pena, mengelola jurnal ilmiah, dan aktif menulis artikel di berbagai media. Dikenal pula sebagai penyunting naskah dan ghost writer. CP WA: 0858-6714-5612 dan Email: jwah1972@gmail.com..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

(Sebenarnya) Penulis Adalah Guru

28 September 2011   01:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:33 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="attachment_137864" align="aligncenter" width="640" caption="Marilah kita berusaha menjadi penulis dan atau guru yang baik seraya mengajak siswa dan atau pembaca ke arah kebaikan melalui ucapan dan atau tulisan."][/caption]

Guru yang ideal dan atau profesional akan melaksanakan tugas dengan berpedoman pada tugas pokok dan fungsi (tupoksi). Ada lima tupoksi yang mesti dilakukan guru sebelum, ketika, dan setelah melaksanakan pengajaran. Kelimanya adalah merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi pembelajaran, melakukan remedial, dan melaksanakan program pengayaan. Jika direnungkan dengan pikiran yang jernih, ternyata penulis juga perlu menempatkan profesinya sebagai guru. Mengapa demikian? Karena penulis dan guru memiki banyak kesamaan. Di samping menyampaikan ilmu, penulis pun perlu melakukan kelima tupoksi sebagaimana guru. Bagaimanakah kita melakukannya? Merencanakan Kepenulisan Sebaiknya penulis tidak memaksanakan diri untuk menulis jika hati sedang galau dan atau emosi tidak berkestabilan. Sebaiknya penulis menyusun rencana tulisan agar dapat menjadi refleksi pemikiran penulisnya. Oleh karena itu, tentu lebih bijak jika penulis memertimbangkan aspek profesionalitas dan proporsionalitas. Sebaiknya penulis merencanakan tulisan berdasarkan profesinya. Selain itu, sebaiknya penulis memertimbangkan proporsionalitas tulisan agar tulisannya berisi kajian yang mudah dipahami pembaca. inilah yang sering tidak dilakukan penulis. Melaksanakan Kepenulisan Ketika ide dan atau gagasan sudah terlahir, sebaiknya tulisannya dijaga. Penulis hendaknya menuliskan sesuatu yang baik. Guru mesti dapat digugu dan ditiru (dipercaya dan diteladani). Ketika menuliskan sesuatu, hendaknya penulis memerhatikan aspek kesantunan, keprofesionalan, dan atau kebermanfaatan. Alangkah baiknya penulis itu jika mampu melakukannya. Melakukan Evaluasi Setiap tulisan tentu akan dibaca banyak orang. Ketika tulisan dibaca, tentunya pembaca akan bereaksi: positif dan negative. Jika reaksi itu bernilai positif, penulis mungkin tak perlu berbesa hati seraya menyombongkan diri. Namun, penulis perlu mengevaluasi diri jika tulisannya berdampak buruk. Ada apa dengan tulisanku? Mengapa pembaca bereaksi negatif? Maka, introspeksi adalah sarana evaluasi yang perlu dilakukan penulis. Melakukan Remidial Kegiatan perbaikan perlu dilakukan penulis. Perbaikan atau remedial dapat dilakukan terhadap karakteristik tulisan. "Kapan pembacaku menyukai tulisanku?" tanyanya dalam hatinya. Jadi, kegiatan perbaikan dalam dilakukan seraya menimbang dan memerhatikan masukan-masukan dari penilaian pembaca. Teramat disayangkan jika penulis tidak memedulikan kegiatan remedial. Ia akan dijauhi pembaca karena karakter tulisannya awut-awutan dan tidak berkarakter. Melakukan Pengayaan Penulis Adalah Pembaca yang Baik: slogan itu harus dimiliki setiap penulis. Penulis perlu memerkaya khazanah tulisannya agar pembaca tidak jenuh. Kegiatan pengayaan dapat dilakukan dengan gemar membaca, berdiskusi, dan juga rekreasi. Penulis perlu mengaktualisasikan isi tulisannya agar pembaca dapat memperoleh kebermanfaatan dari isi tulisannya. Oleh karena itu, penulis tentu akan memertimbangkan aspek itu sebelum menulis. Jadi, benarlah bahwa penulis adalah guru. Penulis akan mengajarkan etika kepada pembaca seraya memberikan warna tulisannya dengan warna-warna nan menarik. Warna-warna yang menyilaukan mata pembaca sehingga pembaca seakan tidak berkedip ketika membaca tulisannya. Tentunya menjadi penulis yang demikian perlu waktu. Namun, berapa lama Anda dapat menjadi penulis yang demikian? Semua kembali kepada diri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun