Mohon tunggu...
Johan Wahyudi
Johan Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Pernah meraih Juara 1 Nasional Lomba Menulis Buku 2009 Kemdiknas, pernah meraih Juara 2 Nasional Lomba Esai Perpustakaan Nasional 2020, 30 pengarang dongeng terbaik Kemdikbud 2024, pendiri Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Mata Pena, mengelola jurnal ilmiah, dan aktif menulis artikel di berbagai media. Dikenal pula sebagai penyunting naskah dan ghost writer. CP WA: 0858-6714-5612 dan Email: jwah1972@gmail.com..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kukirimkan Doa untukmu, Bu Ani

27 Desember 2011   22:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:40 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

[caption id="attachment_159534" align="aligncenter" width="634" caption="Semoga Bu Ani segera sembuh dan dapat mendampingi Bapak untuk mengelola negara ini dengan sebaik-baiknya."][/caption]

Kasih anak sepanjang galah dan kasih mama sepanjang masa. Itu berarti bahwa kasih ibu tiada terukur meskipun anak berusaha menebus kebaikan ibunya. Kasih ibu teramat murni karena didasari kecintaan nan tulus bagi ananda. Maka, terbentuklah pribadi nan utuh dalam balutan kasih sayang kepada ibu dan juga manusia. Sungguh ibu adalah sekolah pertama bagi buah hati.

Pagi ini, saya terhenyak ketika menghidupkan televisi. Sebuah stasiun televisi memberitakan kondisi terbaru Ibu Ani Yudhoyono. Ibu kepala Negara sedang sakit dan dirawat di RSPAD Gatot Subroto Jakarta. Atas kondisi itu, Presiden SBY berangkat ke peringatan Natal Bersama Tingkat Nasional 2011 di JCC hanya didampingi Wakil Presiden Pak Budiyono.

Lalu, terbayanglah wajah Bu Ani. Saya masih terbayang-bayang ketika menyaksikan sosok ibu nan cantik yang begitu ramah bersapa dengan masyarakat. Wajah beliau memang cantik alami dalam balutan busana nan santun. Sosok ibu yang begitu lembut kepada suami dan anak-anaknya. Saya pernah menyaksikan aksi cium sungkem Bu Ani kepada Pak SBY. Waduh, saya iri banget dengan bakti istri kepada suami.

Saya menduga bahwa Bu Ani sakit karena turut memikirkan bangsa ini yang kian karut marut. Dari hari ke hari, bangsa ini terus dilanda beragam masalah nan tak kunjung usai. Hamper semua sisi kehidupan diwarnai beragam konflik dan kepentingan. Dan itu jelas menyita perhatian, pikiran, konsentrasi, kesehatan, dan kemampuan manajerial yang baik.

Dalam bidang politik, Partai Demokrat sedang dilanda duka mendalam akibat “nyanyian” Bang MN, mantan Wakil Bendum-nya. DI bidang keamanan, Papua bergolak. Di bidang ekonomi, Mesuji dan Bima rusuh dan memakan korban jiwa. Di bidang social, bencana alam silih berganti menghantam negeri. Di bidang olahraga, PSSI terus berseteru dengan anggotanya sehingga nasib pemain nasional terancam. Terus dan terus menerus beragam kasus mendera dan mengancam konstelasi pemerintah saat ini.

Sebagai ibu negara, tentu Bu Ani turut memikirkan bangsa ini. Tentu Bu Ani juga mendengar beragam masalah itu. Sebagai ibu negara, jelas Bu Ani merasa prihatin karena melihat anak-anaknya yang berkelahi tak pernah berhenti dan saling sikut demi mencari posisi. Ibu negara tentu bersedih karena anak-anaknya sulit diatur. Dan itu berdampak kepada kondisi fisiknya. Bu Ani sakit!

Bu Ani…..

Pagi ini, kukirimkan doa untukmu. Saya berharap kiranya Ibu berkenan menerima kiriman doa dari anakmu nun jauh di kampung. Tiada maksud lain bahwa ananda pun merasakan perasaan yang Ibu rasakan. Kelak ujian itu segera hilang dan berganti terang.

Ya Allah ya Tuhan kami,

Perkenanlah kami untuk bersimpuh di hadapan-Mu untuk bermohon ampun atas segala dosa-dosa kami. Kiranya Engkau berkenan dan kami harap Engkau berkenan, berikanlah ampunan-Mu atas segala kesalahan dan kekhilafan kami. Sekian banyak dosaku yang kian menggunung sedangkan ampunan-Mu mungkin belum Kauberikan. Kami tak sanggup dan tidak mungkin sanggup menerima adzab-Mu jika kami mati dalam dekapan dosa-dosa itu.

Ya Allah ya Tuhan kami,

Saat ini, ibu kami sekaligus ibu kepala negara kami sedang Kauuji dengan rasa sakit. Beliau sedang dirawat di sebuah rumah sakit karena tentu beliau sedang menderita sakit. Tentunya tiada seorang pun ingin sakit. Maka, hilangkanlah rasa sakit itu dengan obat yang Kauberikan. Engkau adalah pemberi sakit dan Engkau pula pemberi kesembuhan. Semua berasal dari-Mu dan akan kembali kepada-Mu.

Ya Allah ya Tuhan kami,

Ibunda sakit karena mungkin ikut memikirkan kondisi negeri ini. Negeri yang konon makmur dalam kelimpahan kekayaan alam tetapi miskin dalam kepekaan. Banyak orang kaya raya baru bermunculan tetapi justru orang miskin pun kian bertambah. Banyak koruptor dihukum tetapi justru korupsi merajalela. Mungkin Ibu sakit karena kebingungan memikirkan kondisi yang serbaparadoks ini. Tiada lain, segeralah Engkau berkenan mengirimkan kesembuhan baginya.

Semoga dan semoga, Engkau berkenan mengabulkan doa dan permintaan kami. Kami, anak bangsa, tentu bersedih jika ibunda juga bersedih. Kami bahagia jika ibunda pun bahagia. Jelas kesedihan dan kebahagiaan adalah dua sisi yang saling melengkapi agar roda pedati tiba di ujung jalan. Terima kasih karena Engkau berkenan mengabulkan doa-doa kami.

Sumber gambar: Sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun