Mohon tunggu...
Johan Wahyudi
Johan Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Pernah meraih Juara 1 Nasional Lomba Menulis Buku 2009 Kemdiknas pernah meraih Juara 2 Nasional Lomba Esai Perpustakaan Nasional 2020, mengelola jurnal ilmiah, dan aktif menulis artikel di berbagai media. Dikenal pula sebagai penyunting naskah dan ghost writer. CP WA: 0858-6714-5612 dan Email: jwah1972@gmail.com..

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Indahnya Persahabatan, Itulah Kompasiana

10 Juni 2011   10:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:39 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_115564" align="aligncenter" width="640" caption="Sejenak kami ber-narsis di depan kantor Mbak Niken."][/caption]

Sahabat yang sejati bukanlah sahabat yang suka menyanjung dan memuji. Sahabat yang baik adalah sahabat yang membenarkan kebenaran dan menyalahkan kesalahan. Sahabat terpuji bukan sekadar sahabat ketika bersenang hati. Namun, sahabat yang benar-benar sahabat adalah sahabat yang selalu menyenangkan karena kebaikannya kepada diri. Sebuah kisah soreku.

Hari ini, saya tidak terlalu disibukkan dengan rutinitas. Pada Kamis dan Jumat, biasanya saya dibiasakan dengan kondisi luar biasa. Sejak pagi hingga malam, aktivitas dan rutinitas seakan tiada henti. Namun, hari ini, saya merasakan kelegaan yang lumayan menyenangkan diri setelah semalaman bertegang dengan tulisan.

Hari ini, kuliah hanya berlangsung singkat. Sebelum sholat Jumat, kuliah sudah selesai. Karena beberapa mahasiswa belum siap untuk presentasi, pak dosen memulangkan kami. Tentu saja kamimenyambut gembira ajakan itu. Sontak saya pun bergembira. Bergegas saya pulang dan menuju masjid kampus UNS untuk menunaikan kewajiban hamba kepada Sang Pencipta. Aktivitas rohani itu berakhir pada jam 13.00.

Saya merasakan eman-eman jika jam segini pulang. Teramat kebetulan, istriku sudah memaklumi bahwa setiap Kamis dan Jumat saya pulang malam. Maka, saya pun bermaksud untuk berkunjung ke kantor Yayasan Solo Peduli. Kebetulan saya menjadi duta zakat di lembaga social keagamaan itu. Dan saya pun meluncur ke sana.

Sekitar setengah jam kemudian, saya sudah berada di kantor. Saya diterima oleh petugas kantor. Sebagaimana kewajibanku kepada para dhuafa, saya menitipkan sebagian rezeki pemberian-Nya kepada yayasan itu. Setidak-tidaknya, yayasan itu turut mendukung semua raihan yang saya raih. Alhamdulillah…!!!

Usai itu, saya ingin bertemu dengan direktur. Dan saya pun menghubungi beliau. Tak lama kemudian, saya pun bertemu Direktur Solo Peduli, Pak Supomo. Kami berbincang-bincang untuk berdiskusi tentang program kemajuan yayasan. Kami memang sering terlibat diskusi untuk sekadar bertukar gagasan demi memajukan umat. Diskusi itu usai menjelang ‘asyar. Saya pun berpamitan.

Ketika berada di lantai dasar, tiba-tiba saya ingin bertemu dengan sahabat yang juga kompasianer: Mbak Niken Satyawati. Yayasan Solo Peduli memang menempati sebagian ruang yang menjadi kantor Mbak Niken. Bergegas saya menuju resepsionis untuk bertanya tentangnya.

“Mbak, apakah saya bisa bertemu Mbak Niken?” tanyaku kepada petugas.

Tiba-tiba, dari bilik sebuah ruang kerja, terdengar suara cukup keras.

“Ya, saya. Halo, Pak Johan!” suara wanita yang cukup jelas. Dan bergegas wanita paruh baya berbaju batik itu menghampiriku. Senyum manis khas wanita Solo tersungging ikhlas di bibirnya. Dan kami pun langsung bersalaman seakan sudah saling mengenal akrab satu sama lain. Swear, pertemuan itu adalah pertemuan perdana antara saya dengan Mbak Niken.

Sejenak, kami berbincang-bincang ringan sambil berdiri. Karena memanggul tas yang cukup berat, saya mengajak Mbak Niken ke kafe kantor. Dan kami pun berjalan sambil meneruskan obrolan kami yang tadi sempat terhenti.

Sambil menikmati softdrink, kami berdiskusi panjang. Dari obrolan itulah, saya menjadi lebih tahu tentang Mbak Niken. Sungguh suatu kisah hidup yang layak ditiru, khususnya bagi generasi muda. Apa sih keistimewaan Mbak Niken sehingga layak menjadi teladan bagi kawula muda?

Menurut kisahnya, Mbak Niken bekerja di kantor media itu sejak tahun 1997. Artinya, Mbak Niken sudah bekerja ketika saya baru saja menyelesaikan kuliah. Mbak Niken masih menyandang status mahasiswa. Mbak Niken sudah bekerja dan hidup mandiri. Selama dua tahun, Mbak Niken menyandang status pegawai magang.

Karena dianggap berkemampuan, Mbak Niken diterima menjadi karyawan kontrak. Atas semua prestasi dan dedikasinya, akhirnya Mbak Niken diangkat menjadi karyawan tetap. Dimulai dengan status wartawan, karier Mbak Niken menanjak dan menanjak. Pada saat ini, Mbak Niken dipercaya untuk memangku jabatan strategis di media itu. Mbak Niken langsung berurusan dengan pimpinan jika dibutuhkan.

Sungguh perjumpaan yang luar biasa. Seorang wanita yang begitu cerdas mampu menapaki perjalanan hidup nan penuh tantangan. Sebagai wanita yang kerap bersinggungan dengan beragam tataran social, Mbak Niken menunjukkan jati diri sebagai wanita mandiri. Alhamdulillah, saat ini Mbak Niken sudah dikaruniai dua anak perempuan.

Sebagai lelaki dan juga suami, tentu saya harus belajar dari kesahajaan dan kecerdasannya. Jika wanita mampu meraih prestasi kerja dan juga keluarga, tentu saya akan merasa teramat malu jika tidak mampu meraih sepadan dengan yang diraih Mbak Niken. Untuk Mbak Niken, saya berterima kasih atas sambutan yang teramat hangat. Juga saya berterima kasih karena telah membelikan oleh-oleh untuk ketiga anakku. Semoga kebaikan yang telah terlaksanakan, diberikan ganti oleh Allah dengan kebaikan secara berlipat. Amin. Terima kasih.

Selamat Malam

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun