[caption id="attachment_83605" align="alignleft" width="300" caption="Sumber: http://media.kompasiana.com/mainstream-media/2011/01/08/gerakan-kompasiana-bersih-gkb/"][/caption] Niatan baik akan dicatat sebagai amalan baik meskipun belum dilaksanakan. Niatan buruk atau jahat belum dicatat sebagai dosa sebelum dilakukan. Itulah indahnya niatan baik. Maka, berniat baik pasti membawa kebaikan, entah dilaksanakan entah tidak. Sebaliknya, kita tidak terkena dosa meskipun sudah berniat jahat selagi niatan itu belum menjadi perbuatan. Sungguh pemurah sekali Tuhan itu.
Terinpirasi tulisan mas Rohmad ini, saya menyambut ajakannya. Sungguh mulia dan teramat mulia menjadi seorang penulis itu. Dengan tulisannya, penulis dapat mewarnai dunia. Mewarnai sesuka hati, tetapi harus berwarna yang membawa warna indah untuk kehidupan.
Dengan kebaikannya, penulis merangkai huruf, kata, kalimat, paragraph, dan wacana. Maka, terjelmalah sebuah mahakarya luar biasa. Tulisan yang sarat makna dan pesan kepada diri penulis dan pembacanya.
Maka, Tuhan memerintahkan setiap hamba-Nya agar gemar membaca. Perintah Tuhan pertama adalah: bacalah. Perintah itu mengandung makna agar kita menjadi pribadi yang gemar membaca. Dengan gemar membaca, setiap hamba akan tecerdasakan oleh setiap rangkaian kata tersebut. Maka, janji Tuhan: satu huruf kebaikan akan diberikan kepada pembaca itu. Sungguh mulia menjadi pembaca yang baik.
Namun, tahukah Anda bahwa menjadi penulis yang baik itu jauh lebih mulia daripada menjadi pembaca? Menulis adalah kegiatan berbahasa produktif selain berbicara. Jadi, menulis akan menghasilkan produk berbentuk tulisan.
Jika menjadi pembaca saja sudah mendapat satu kebaikan dalam setiap tulisan yang dibacanya, maka menjadi penulis tentu akan mendapat lebih daripada itu. Mengapa? Karena penulis menyediakan bahan bacaan. Artinya, penulis menyediakan kebaikan bagi pembacanya. Maka, penulis yang baik pasti menjadi orang yang gemar menebar kebaikan.
Jika satu huruf berisi kebaikan, Anda tak mungkin dapat membayangkan kebaikan yang akan diperoleh penulisnya. Jika Anda tidak percaya, cobalah Anda hitung jumlah huruf dalam tulisan Anda. Sungguh teramat mulia hati dan pribadi penulis yang baik itu.
Namun, itu pun berlaku sebaliknya. Jika penulis menulis sesuatu yang berisi tentang sesuatu yang jauh dari norma agama, social, porno, atau ajakan (provokasi) kepada perbuatan maksiat, penulis adalah orang yang akan memikul dosa pelakunya. Mengapa? Karena niatan itu berawal dari tulisan itu. Tanpa tulisan itu, pembaca tidak termotivasi untuk berbuat. Namun, pembaca (terpaksa) berbuat karena termimpikan oleh khayalan dalam tulisan. Maka, sungguh tercela penulis yang suka mencela!
Wahai sahabatku yang budiman, marilah kita bergandeng tangan. Menjaga kerukunan sembari gemar berbagi tulisan. Tulisan yang sarat pesan demi kebaikan bagi penulis dan pembacanya. Sungguh kebaikan yang tertanam itu akan dikembalikan Tuhan kepada kita. Tidak pernah diberikan kepada orang lain.
Demikian tulisan itu tersusun. Saya menerima ajakan setiap kawan yang mengajak saya kea rah kebaikan. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi saya dan Anda. Amin. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H