Mohon tunggu...
Johan Wahyudi
Johan Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Pernah meraih Juara 1 Nasional Lomba Menulis Buku 2009 Kemdiknas, pernah meraih Juara 2 Nasional Lomba Esai Perpustakaan Nasional 2020, 30 pengarang dongeng terbaik Kemdikbud 2024, pendiri Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Mata Pena, mengelola jurnal ilmiah, dan aktif menulis artikel di berbagai media. Dikenal pula sebagai penyunting naskah dan ghost writer. CP WA: 0858-6714-5612 dan Email: jwah1972@gmail.com..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kau Tak Sendiri

11 November 2010   10:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:42 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_74811" align="aligncenter" width="640" caption="Supriati, M.Pd. selaku Kepala Sekolah menyerahkan bantuan."][/caption] Setelah menempuh perjalanan selama 3 jam, akhirnya saya dan rombongan SMP Negeri 2 Kalijambe Kabupaten Sragen tiba juga di tujuan: Desa Banyuanyar, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali. Sebuah desa di lereng Gunung Merapi yang tak luput dari akibat bencana dahsyat.

Ya. Kami sudah menguatkan tekad untuk membantu saudara-saudara kita nun jauh di sana. Semua potensi pun dikerahkan. Anak-anak pun tak mau ketinggalan. Bahu-membahu menyebabkan semua pekerjaan menjadi ringan.

[caption id="attachment_74812" align="aligncenter" width="640" caption="Alhamdulillah, kami dapat mengumpulkan bantuan dalam jumlah lumayan."]

12894693401900032651
12894693401900032651
[/caption] Setelah bekerja selama seminggu, akhirnya kami bias mengumpulkan 15 dus pakaian pantas pakai, 25 kg beras, dan Rp 678.000,00. Dan pada hari ini, Kamis (11 November 2010), bantuan pun diserahkan.

Setiba di lokasi, kami dihanyutkan oleh suasana tenang, tetapi mencekam. Mengapa? Ketenangan itu tidak menjamin bahwa bencana akan hilang. Justru ketenangan dapat berubah menjadi bencana secara tiba-tiba.

[caption id="attachment_74813" align="aligncenter" width="640" caption="Bantuan diterima perwakilan sukarelawan."]

1289469421716840268
1289469421716840268
[/caption] Melihat kondisi pengungsi, kami hanya dapat bernafas dalam-dalam. Alangkah kasihannya mereka? Meskipun tidak dapat menjumpai para pengungsi dalam jumlah banyak, kami melihat kondisi mereka yang serba terbatas.

Di dapur, kami melihat ibu-ibu yang sedang menyiapkan makan siang. Memang pagi ini, para pengungsi pulang untuk melihat kondisi rumah dan ternaknya. Siangnya, mereka kembali ke barak pengungsian hingga malam tiba.

Kami terhanyut oleh sikap peduli dari rekan-rekan sukarelawan Merapi. Mereka adalah mahasiswa dari Universitas Kristen Duta Wacana (UKSW) Salatiga. Di bawah koordinator mbak Jessica dan mas Bagus, mereka terlihat trengginas bin cekatan mencukupi kebutuhan pengungsi.

[caption id="attachment_74814" align="aligncenter" width="640" caption="Kondisi dapur sangat memprihatinkan."]

12894694931670224021
12894694931670224021
[/caption] Melihat gudang penyimpanan logistic, saya menghela nafas lega. Barang dan kebutuhan cukup tersedia. Pakaian dan bahan pangan tersedia dalam jumlah cukup. Hanya, bumbu dan pakaian dalam untuk wanita dewasa hampir habis. Mereka – para sukarelawan – rela harus mencari bantuan ke barak pengungsian di tempat lain.

Memang, menurut informasi, penanggulangan bencana tahun ini terlaksana dengan baik. Koordinasi antarbarak pengungsian terjalin cukup rapi. Setiap bantuan yang diterima sebuah pos pengungsian langsung disampaikan ke barak pengungsian lainnya. Jadi, kebutuhan pengungsi dapat saling melengkapi. Kerja sama yang harus dibudayakan dan diteruskan.

[caption id="attachment_74817" align="aligncenter" width="640" caption="Kebutuhan logistik cukup tersedia."]

1289469550727203569
1289469550727203569
[/caption] Di Desa Banyuanyar, tercatat ada 933 orang pengungsi dan 20an sukarelawan yang bekerja secara shift atau bergantian. Para pengungsi itu berada di barak yang terletak di Balai Desa setempat. Dapur umum dan rapat koordinasi dilaksanakan di tempat itu.

[caption id="attachment_74820" align="aligncenter" width="640" caption="Pakaian khusus wanita dewasa masih kekurangan."]

12894695951760358270
12894695951760358270
[/caption] Ada sebuah kisah menarik. Suatu hari, seorang ibu akan melahirkan bayinya. Namun, kondisi pengungsian serba terbatas. Akhirnya, para sukarelawan itu memanfaatkan klinik desa yang dibantu bidan desa. Maka, terselamatkanlah si jabang bayi. Sayangnya, saya lupa menanyakan nama bayi itu. Mungkin saja dinamakan Joko Tabah atau Siti Prihatin. Iyalah, ‘kan lahir di pengungsian. He..he..he…!!!

[caption id="attachment_74824" align="aligncenter" width="640" caption="Tim relawan bersiap 24 jam membantu pengungsi."]

12894696771207025387
12894696771207025387
[/caption] Setelah berada sekitar satu jam, kami pun berpamitan. Tak lupa, kami bersalaman dan saling mendoakan untuk keselamatan bersama. Untuk mereka, saya berpesan, “Tabahkanlah hatimu. Percayalah, kau tak sendirian!”

Selamat sore menjelang petang. Semoga laporan ini bermanfaat bagi Anda. Amin!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun