Mohon tunggu...
Johan Wahyudi
Johan Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Pernah meraih Juara 1 Nasional Lomba Menulis Buku 2009 Kemdiknas, pernah meraih Juara 2 Nasional Lomba Esai Perpustakaan Nasional 2020, 30 pengarang dongeng terbaik Kemdikbud 2024, pendiri Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Mata Pena, mengelola jurnal ilmiah, dan aktif menulis artikel di berbagai media. Dikenal pula sebagai penyunting naskah dan ghost writer. CP WA: 0858-6714-5612 dan Email: jwah1972@gmail.com..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Anak Sukses

11 November 2010   23:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:41 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_74889" align="alignleft" width="300" caption="Rerata mereka berasal dari keluarga sukses."][/caption] “Ayo, siapakah orang sukses itu? Coba kamu tunjukkan contoh orang yang kamu anggap sukses!” terang saya kepada anak-anak di sekolah internasional SBBS. Terlihat, beberapa anak sedang termenung dan berpikir. Akhirnya, beberapa anak menunjuk jari untuk mencoba menjawab pertanyaan itu.

“Orang sukses adalah orang kaya, Pak!” jawab seorang anak di pojok kanan.

“Orang sukses adalah orang yang paling pandai, Pak!” jawab seorang anak di bagian depan.

“Orang sukses adalah orang yang berubah hidupnya dari miskin menjadi kaya, Pak!” jawab seorang anak di bagian tengah.

Dari sekian jawaban itu, saya mencoba membimbing mereka untuk menemukan hakikat kesuksesan. Siapakah orang sukses itu? Apakah si kaya, si pandai, si miskin menjadi kaya?

Menurut saya, orang sukses adalah orang yang dapat mempertahankan kesuksesan di tengah kesuksesan orang tua dan lingkungannya. Orang sukses adalah orang yang dapat meningkatkan status dirinya sebagai orang kaya dan bertambah kekayaannya.

Ketika seseorang berada dalam kemiskinan, ia berusaha, bekerja, dan membanting tulang agar kehidupannya berubah. Dengan bekerja keras dan berhemat, lambat laun, kehidupannya berubah. Dari ketiadaan menjadi keberadaan. Dari kesederhanaan menjadi kecukupan. Menurut saya, ini tidak termasuk orang sukses.

Orang berada dalam kemiskinan dan berusaha agar tidak miskin itu biasa. Ketika keadaan serba tidak ada, itu memancing dirinya untuk kreatif. Otak, pikiran, dan hatinya diajak bekerja keras agar menemukan jalan dari situasi ini.

Ketika mengalami kesulitan di suatu masalah, dia terus berusaha agar masalah itu tidak terjadi dan berulang. Dia menjadikan masalah itu sebagai pelajaran berharga. Dari beberapa masalah yang dihadapinya, akhirnya dia mendapat banyak pelajaran berharga. Hanya kerbau dungu yang masuk ke lobang yang sama. Maka, mulailah ia berpikir kritis dan logis.

[caption id="attachment_74890" align="alignleft" width="300" caption="Mereka terus belajar agar dapat menjaga kesuksesan."]

1289519824979944225
1289519824979944225
[/caption] Pelajaran demi pelajaran menempanya untuk menjadi pribadi tahan banting. Semua masalah diterima dengan tabah. Dia terus berusaha menemukan solusi dari setiap masalah yang dihadapi. Pada akhirnya, kekuatan mental dan fisik mampu membangkitkan semangat hidup. Maka, terciptalah pribadi kayak arena keuletannya bekerja. Ini tidak termasuk orang sukses. Ini adalah manusia wajar dan biasa.

Manusia sukses adalah manusia yang dapat mempertahankan kesuksesan keluarga atau kroninya. Di tengah kemapanan hidup, manusia akan terkungkung dalam segala kenikmatan. Ketika menikmati hidup yang demikian, manusia dikerdilkan oleh pola pikir singkat. Hidup hanya sekali dan setelah itu mati. Maka, nikmatilah hidup ketika kenikmatan itu dipunyainya.

Namun, ada sebagian manusia yang tidak terjebak dalam pengertian sempit itu. Manusia itu beranggapan bahwa kenikmatan itu justru akan menjerumuskan dirinya ke lembah kemiskinan. Manusia itu merasa takut miskin. Maka, ketakutan itu dijadikan senjata pamungkas untuk mengikis kehidupan yang serba ada. Inilah orang sukses yang sebenarnya: mampu bertahan di tengah kesuksesan.

Rerata anak di sekolah internasional Sragen Bilingual Boarding School (SBBS) berasal dari keluarga mapan. Semua berkecukupan. Tidak ada anak yang kelaparan atau kekurangan. Semua tersedia lengkap.

Ketika mereka berada di tengah kesuksesan orang tuanya, saya selalu menyarankan mereka agar berhati-hati. “Ingat, yang sukses adalah orang tuamu. Bukan Anda! Kesuksesan itu tidak dapat diwariskan. Jadi, apakah Anda tidak malu jika suatu saat nanti Anda tidak dapat meraih sukses seperti orang tua kalian? Camkan baik-baik!” pesan saya kepada mereka, dan Anda.

Selamat pagi dan selamat beraktivitas. Semoga kesuksesan teraih hari ini. Amin! (Sumber tulisan dan gambar: www.sragen-bbs.com)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun