Mohon tunggu...
Johan Wahyudi
Johan Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Pernah meraih Juara 1 Nasional Lomba Menulis Buku 2009 Kemdiknas, pernah meraih Juara 2 Nasional Lomba Esai Perpustakaan Nasional 2020, 30 pengarang dongeng terbaik Kemdikbud 2024, pendiri Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Mata Pena, mengelola jurnal ilmiah, dan aktif menulis artikel di berbagai media. Dikenal pula sebagai penyunting naskah dan ghost writer. CP WA: 0858-6714-5612 dan Email: jwah1972@gmail.com..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tolong Bantu Saya

4 Oktober 2010   23:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:43 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_278929" align="alignleft" width="300" caption="Sumber: http://triy.wordpress.com/2008/09/29/sapi-gunakan-kompas-untuk-tentukan-utara-selatan/"][/caption]

Rumahku tepat berada di tengah permukiman. Karena itu, saya mempunyai banyak tetangga. Nah, setiap orang mempunyai watak berbeda-beda. Di sinilah masalah itu muncul.

Tetangga sebelah timur rumah sedang membuat ulah. Dahulu, dia menempati rumah yang tepat berada di timur rumahku. Kini, rumah itu tidak ditempati lagi karena dia dibuatkan rumah oleh anak menantunya. Rumah itu kini dijadikan kandang sapi.

Persoalan muncul ya berawal dari sapi. Bau kotoran sapi begitu menyengat hidung. Antara kandang sapi dengan dapurku hanya berjarak sekitar 10 meter. Kondisi itu diperparah jika hujan mengguyur. Praktis saya, istri, dan anak-anak harus menutup hidung. Baunya menyengat sekali.

Tetanggaku itu bertemparemen tinggi. Dahulu pernah berseteru dengan tetangga di sebelah utaranya. Bahkan, pernah juga anaknya terlibat pencurian. Jadi, saya belum berani menegur karena bisa terjadi salah pengertian.

Saya dibuat jengkel tidak hanya disebabkan masalah itu. Ketika menjelang lebaran, banyak warga membuat selongsong ketupat. Ketupat itu dibuat dari janur atau daun kelapa yang masih muda. Saat ini, saya sedang memelihara sebuah pohon kelapa pemberian temanku yang pindah kerja. Semacam kenang-kenangan, begitulah. Pohon kepala itu sudah berumur sekitar 3 tahun. Jadi, pohon kepala itu sudah tumbuh subur.

Lebaran kemarin tetanggaku ini membuat masalah. Dia mengambil janur dengan tidak meminta izin kepadaku. Saya mengetahui ini dari laporan istriku. Saya pun bergegas ke kebun. Ternyata benar, daun kelapaku rusak karena diambil janurnya.

Saya pun marah. Saya melampiaskan kemarahan itu dengan ngomel agak keras agar didengar tetanggaku. Namun, ternyata tetanggaku itu sedang pergi. Ya akhirnya persoalan itu semakin membuatku emosi.

Beberapa hari lalu, saya bertemu dengan anaknya. Saya pun menyampaikan keluhanku. “Mas, tolong janurnya jangan diambil. Pohon kepala itu baru mau tumbuh kok ya diambil janurnya. Saya saja memilih membeli selongsong ketupat daripada membuat sendiri” begitulah ujarku kepadanya.

Kembali ke persoalan sapi. Istriku sering mengeluh karena dia selalu berada di rumah. Bagaimanakah saya harus menegur tetanggaku itu dengan tidak menyakiti hatinya? Saya sedang dibingungkan masalah ini. Dulu dia pernah salah paham dan hampir terjadi perkelahian dengan tetangga sebelah. Pokoknya, wataknya memang keras dan sangat tidak toleran. Tolong saya dibantu, ya! Makasih dan selamat pagi….!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun