Mohon tunggu...
Johan Wahyudi
Johan Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Pernah meraih Juara 1 Nasional Lomba Menulis Buku 2009 Kemdiknas pernah meraih Juara 2 Nasional Lomba Esai Perpustakaan Nasional 2020, mengelola jurnal ilmiah, dan aktif menulis artikel di berbagai media. Dikenal pula sebagai penyunting naskah dan ghost writer. CP WA: 0858-6714-5612 dan Email: jwah1972@gmail.com..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kaya Makian, Miskin Pujian

6 Agustus 2010   11:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:15 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_217875" align="alignleft" width="150" caption="Sumber: http://www.agendadaily.com/cmspreview/content.jsp?id"][/caption]

Saya sering membaca tulisan rekan-rekan. Selain ingin mengetahui isinya, saya juga memperhatikan tanggapan dari pembaca lainnya. Ternyata, saya menemukan beragam tanggapan. Ada pujian, tetapi tak sedikit makian. "Wah, rumah sehat ini terancam sakit" batinku.

Rumah sehat ini harus dirawat dengan baik. Tentu kita perlu bersikap dewasa jika berbeda pendapat denga pembaca. Kita memang berbeda. Dan perbedaan itulah sebagai rahmat. Cobalah Anda berpikir jika dunia ini serba homogen. Tidak ada yang menarik. Semua akan terlihat sama.

Sedemikian halnya dengan dalam sebuah rumah. Ada penghuni yang mudah dikendalikan, tetapi tak sedikit yang bawel dan suka bikin masalah. Sebagai pemilik rumah, kita harus menunjukkan perilaku yang lebih dewasa daripada tamu.

Ketika pembaca menanggapi tulisan kita dan itu tidak berkenan, sikapilah itu sebagai perhatian. Saya berkeyakinan bahwa tiada maksud untuk menyudutkan atau menyalahkan. Semua pasti berniat baik.

Saya pernah mengalami sebuah kejadian. Sebuah tulisan saya ditanggapi sahabat saya yang lain. Ternyata, kami berseberangan pendapat. Agar tidak berkepanjangan, saya mengirim pesan pribadi. Setelah itu, saya tidak lagi ditanggapi. Bagi saya, itu tidak menjadi masalah.

Ditanggapi atau tidak ditanggapi, itu tidak menjadi tujuan utama saya. Saya menulis di kompasiana sebagai upaya menyampaikan sekadar ilmu yang Tuhan titipkan kepada saya. Jika saya tidak menyampaikan amanat itu, tentu saya adalah pengkhianat: dipercaya justru berkhianat.

Untuk sebuan tulisan yang saya baca, dapat dipastikan saya tanggapi dan nilai. Pada bagian bawah tulisan, telah disediakan pilihan jenis penilaian. Saya menilai tulisan berdasarkan penafsiran saya: menghibur, inspiratif, aktual, bermanfaat, menghibur dan lain-lain. Saya pasti memilih penilaian positif.

Jika ada penilaian negatif yang pernah diterima pembaca, itu harus dimaklumi. Jadikanlah itu sebagai cermin untuk introspeksi. Sebaliknya, kita harus menanggapi sebuah tulisan juga dengan menjaga kesantunan. Ingat, tulisan di kompasiana dibaca sekian miliar manusia. Dan semua terdokumentasi!

Jika penilaian negative itu terekspos, tentu itu sangat disayangkan. Mengapa kita memiskinkan diri dengan pujian. Cobalah dinilai tulisan sahabat itu dengan penilaian positif. Setidaknya, itu akan memotivasinya untuk berkarya lebih baik. Hendaknya kita kaya pujian dan miskin makian. Bersahajalah dengan charisma karena keindahan bahasa. Siapa menebar benih kebaikan pasti memanen kemuliaan secara berlipat! (www.gurumenulisbuku.blogspot.com)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun