Mohon tunggu...
Johan Wahyudi
Johan Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Pernah meraih Juara 1 Nasional Lomba Menulis Buku 2009 Kemdiknas, pernah meraih Juara 2 Nasional Lomba Esai Perpustakaan Nasional 2020, 30 pengarang dongeng terbaik Kemdikbud 2024, pendiri Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Mata Pena, mengelola jurnal ilmiah, dan aktif menulis artikel di berbagai media. Dikenal pula sebagai penyunting naskah dan ghost writer. CP WA: 0858-6714-5612 dan Email: jwah1972@gmail.com..

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Pentingnya Guru Menulis Buku

3 November 2014   18:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:47 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14149903111433904909

Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 pasal 10 tentangGuru dan Dosendisebutkan bahwa guru profesional harus memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru untuk mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.Kompetensi kepribadian adalah kemampuan guru untuk memiliki kepribadian yang mantap, stabil,dewasa,arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat luas. Kompetensi profesional adalah kemampuan guru dalam penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP).

PP Nomor 74 tahun 2008menjelaskan bahwa kompetensi profesional guru merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya. Oleh karena itu, guru harus menguasai disiplin ilmunya yang ditandai oleh (1) penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu; dan (2) penguasaan konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu. Atas dasar itulah, guru mestinya menjadi penulis buku.

Kelebihan Menulis Buku

Kutipan regulasi di atas cukup menjadi alasan bahwa guru hendaknya menjadi penulis buku. Ada lima keuntungan akan didapatkan guru manakala menjadi penulis buku, yaitu (1) menguasai disiplin ilmunya dengan sangat baik. Penulis buku tentu akan berusaha mencari, membaca, dan menelaah setiap referensi yang akan digunakan sebagai bahan kepenulisan buku. Itu berarti bahwa penguasaan disiplin ilmu guru akan akan dikuatkan; (2) mengetahui metode pembelajaran. Karena guru telah menulis buku, tentu ia akan menjadi orang pertama yang mengetahui metode atau model pembelajaran yang paling tepat untuk digunakan menyampaikan materi pelajaran; (3) kredit poin untuk naik pangkat. Peraturan Bersama Mendiknas Nomor 03/V/Pb/2010 dan Kepala BKN Nomor 14 Tahun 2010 Pasal 17 ayat 2 menyebutkan bahwa untuk kenaikan jabatan/ pangkat setingkat lebih tinggi dari Guru Pertama, pangkat Penata Muda, golongan ruang III/a sampai dengan Guru Utama, pangkat Pembina Utama, golongan ruang IV/e wajib melakukan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan yang meliputi sub unsur pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan/atau karya inovatif; (4) mendapatkan keuntungan finansial. Penulis buku akan memeroleh keuntungan dari kepenulisan buku. Keuntungan itu diperoleh dari pembelian naskah dan royalti buku; dan (5) wibawa di depan murid. Guru yang baik adalah guru yang menjadi inspirator dan motivator bagi muridnya. Setiap guru pasti pernah menyuruh murid-muridnya agar. Mestinya guru tidak hanya menyuruh muridnya agar menulis tetapi guru mampu menunjukkan karya tulisnya. Di hadapan murid-muridnya itu, tentu guru akan disegani dan dihormati sehingga kewibawaan pun diperolehnya.

Jenis-Jenis Buku

Menjadi penulis buku dapat diawali dengan mengenal ragamnya. Berdasarkan fungsi atau kegunaannya, buku dapat dibedakan menjadi buku pelajaran, buku pengetahuan, dan buku hiburan. Buku pelajaran adalah buku yang digunakan untuk proses pembelajaran, seperti modul, buku teks, atau buku paket. Buku pengetahuan adalah buku yang berisi kajian disiplin ilmu tertentu sehingga buku ini dikenal sebagai buku pengayaan, buku referensi, atau buku kuliah. Buku hiburan adalah buku yang berfungsi sebagai sarana hiburan, seperti buku motivasi, buku kumpulan puisi, kumpulan cerpen, novel, atau kumpulan naskah drama. Berdasarkan isinya, buku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu buku fiksi dan nonfiksi. Buku fiksi adalah buku yang berisi kisah-kisah fiktif untuk dijadikan hiburan, motivasi, atau film. Buku nonfiksi adalah buku yang berisi pengalaman nyata, pengetahuan, dan hasil penelitian. Buku fiksi ditulis dengan bahasa bebas sedangkan buku nonfiksi ditulis dengan bahasa Indonesia baku.

Menulis buku dapat diawali dengan lima kegiatan, yaitu membaca dan menelaah buku yang telah dinyatakan lolos oleh BNSP, menyusun kerangka, mencari bahan, mengembangkan bahan, dan penyuntingan. Setiap buku pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan adalah bagian yang diharapkan pembaca dan dapat dimanfaatkan. Namun, kekurangan buku justru menjadi inspirasi baru bagi penulis buku. Dengan mengetahui kekurangan atau kelemahan buku, penulis buku dapat memanfaatkannya sehingga dapat dimunculkan buku baru sebagai penyempurna buku lama. Setelah menemukan kekurangan buku, penulis dapat menyusun kerangka atau mind set bukunya. Kerangka yang berwujud buram daftar isi sangat penting agar materi buku dapat dituliskan secara runtut, koheren, dan lengkap. Jika kerangka buku sudah dimiliki, penulis dapat mencari bahan-bahan tulisan atau referensi. Sebaiknya bahan tulisan berasal dari buku, jurnal, atau media cetak agar kevalidan data dapat teruji. Boleh saja penulis memanfaatkan sumber internet. Sebaiknya laman atau situsnya dimiliki lembaga atau institusi resmi dan kredibel. Tahapan ini dapat dilewati jika naskah buku berisi cerita fiksi.

Setelah bahan atau materi buku berhasil dikumpulkan, penulis dapat mulai mengembangkan bahan tersebut menjadi naskah buku. Sebaiknya pengembangan dilakukan secara deduktif agar pembaca mudah memahaminya. Metode deduktif adalah metode pengembangan tulisan secara umum menuju khusus. Kajian umum biasanya ditandai dengan definisi dan pandangan umum. Selanjutnya pengembangan dilakukan secara runtut berdasarkan kerangka yang telah dibuatnya. Tahapan terakhir adalah penyuntingan naskah. Sebaiknya penyuntingan melibatkan dua pihak, yaitu penyunting materi dan penyunting bahasa. Penyunting materi berasal dari kalangan pakar atau ilmuwan sedangkan penyunting bahasa adalah orang yang menguasai Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia. Ini perlu dilakukan karena penerbit pasti mencari naskah buku yang berkualitas, baik berkualitas secara materi maupun bahasa.

Guru yang bijak adalah guru yang mampu menginspirasi muridnya melalui prestasi dan beragam karyanya. Guru profesional tentu diukur dengan kemampuannya menjadi teladan bagi para murid karena beragam kreativitasnya. Dengan memiliki beragam keunggulan tersebut, guru mampu memosisikan dirinya sebagai pribadi yang layak digugu lan ditiru (dipercaya dan diteladani). Jika guru sudah diteladani murid-muridnya, pembelajaran bermakna pun mampu dilakukannya. Pada momen demikian inilah, tujuan pembelajaran dapat diraih secara maksimal. Tak lain karena gurunya mampu menulis buku dari kegemarannya membaca. Kelak para muridnya tentu akan mengenangnya sebagai guru yang sarat inspirasi, motivasi, dan teramat dicintainya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun