Oleh Johan Wahyudi
Saat ini, kita sangat mudah menemukan orang yang aktif menggunakan gadget atau piranti komunikasi canggih di segala tempat. Dengan mudah pula, kita menemukan penggunaan itu bukan semestinya. Banyak orang menggunakan gadget untuk sekadar menampilkan eksistensi diri, gengsi, atau ikut-ikutan mode. Maka, sangatlah disayangkan jika piranti komunikasi yang begitu mahal hanya digunakan untuk sekadar konsumtif dan tidak menunjang profesinya.
Kondisi itu juga terjadi di dunia pendidikan. Kita akan mudah menemukan guru dan siswa yang menggunakan gadget bukan pada tempatnya. Guru sering melibatkan diri pada riuhnya media dengan mem-posting tulisan yang kurang santun atau mengunggah foto diri secara berlebihan. Karena guru bertindak demikian, para siswa pun menirunya. Banyak siswa beramai-ramai memajang foto selfie atau bahkan menjelek-jelekkan teman. Berdasarkan fenomena itu, penyalahgunaan gadget mestinya segera dihindari.
Bagi guru, gadget dapat dimanfaatkan untuk mendukung tugasnya. Ada beberapa cara menggunakan gadget sehingga guru dan siswa dapat menikmati manfaatnya tersebut. Pertama, mendapatkan informasi. Sosial media sering menampilkan beragam informasi yang bersumber dari portal-portal berita ternama. Guru dan siswa tentu sangat terbantu karena tidak perlu mencari informasi lagi karena teman-teman sosial media sudah menyebarluaskan informasi itu.
Kedua, manfaat efisiensi komunikasi. Dahulu, kita harus bertandang ke rumah seseorang jika ingin bertemu. Usaha itu jelas memerlukan waktu, biaya, dan tenaga yang tak sedikit. Seiring kemajuan zaman, saat ini telah tersedia beragam teknologi untuk mempermudah komunikasi. Maka, dikenallah beragam sosial media dengan beragam fitur nan menarik. Kita bisa mengirimkan beragam berita dalam hitungan detik. Bahkan, kita dapat berbincang dengan orang lain yang terpisah jarak secara tatap muka. Semua itu diperoleh karena sosial media sudah menyediakan sarana videocall dan message messenger. Videocall digunakan agar kita dapat mendengar dan melihat lawan bicara, sedangkan message messenger digunakan untuk mengirimkan pesan.
Ketiga, eksistensi diri. Semua guru dan siswa tentu memiliki kelebihan atau keunggulan. Nilai positif diri itu harus diinformasikan kepada orang loain. Gadget dapat dimanfaatkan sebagai media menunjukkan eksistensi diri. Tampilkanlah dan tunjukkanlah kelebihan pribadi itu agar diketahui khalayak. Itu bukan pamer atau perilaku berlebihan. Justru itu adalah nilai kebanggaan agar kita dihargai orang lain. Sikap rendah hati memang perlu, tetapi menunjukkan kelebihan yang dimiliki itu juga teramat penting. Dari eksistensi diri itulah, orang akan tertarik dan ada peluang untuk mendapatkan keuntungan.
Dengan beragam manfaat di atas, mestinya guru dan siswa memanfaatkan gadget untuk menunjang pembelajaran. Guru dan siswa dapat menyampaikan beragam informasi terbaru yang diperolehnya dari sosial media di kelas. Pada akhirnya, guru dan siswa dapat berkomunikasi jika mengalami hambatan pembelajaran di luar sekolah. Akhirnya, guru dan siswa dapat menunjukkan keberhasilan pembelajaran itu ke sosial media dengan menjaga kesantgunan agar mendapat apresiasi dari teman-temannya.
Catatan: Artikel di atas telah dimuat di Koran Solopos, Sabtu, 28 Februari 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H