Mohon tunggu...
Johanis Malingkas
Johanis Malingkas Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Menulis dengan optimis

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Pertarungan Sengit Terhadap 3 K

30 Juli 2015   04:35 Diperbarui: 11 Agustus 2015   23:00 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi (sumber:kompas.com)

Sadar atau tidak sebenarnya kita bangsa Indonesia atau rakyat Indonesia sedang berada di kancah perang yang terselubung. Kita sedang bertarung sengit melawan musuh besar bangsa yaitu 3 K. Sebenarnya musuh K ini banyak namun kali ini saya akan coba tinjau dari segi 3 K saja sebagai fokus pembahasan berdasarkan versi pemikiran pribadi penulis.

Siapapun tidak akan menyangkali bahwa kondisi bangsa kita saat ini diperhadapkan dengan situasi yang dapat dikategorikan 3 K meliputi : Kemiskinan, Kebodohan dan Korupsi.

Itulah yang menjadi musuh besar yang harus kita perangi karena ketiga hal inilah yang menyebabkan penyakit psikologis yang melanda sebagian besar rakyat kita.

Saya belum dapat meengemukakan data mengenai angka angka kemiskinan, kebodohan dankorupsi karena data itu hanyalah kumpulan angka-angka yang didapatkan berdasarkan survey dan keakuratannya belum dapat dijadikan patokan yang kuat.

Intinya, realita yang tak dapat disangkal masih begitu banyak masyarakat kita dikategorikan berada dalam tingkat kemiskinan. Kondisi sosial ekonomi yang belum stabil semakin menjadikan rakyat kita semakin terpuruk dalam lingkaran kemiskinan ini.

Sama halnya dengan masalah kebodohan, masih berapa besar rakyat Indonesia yang buta aksara dan hidup terisolir di pedalaman atau daerah daerah terpencil? Masih berapa banyak suku terasing di Indonesia yang belum di jangkau oleh pemerintah yang kalau tidak salah menjadi wewenang dan tugas kementerian sosia. Siapa yang boleh menjawab persoalan ini. Apakah mereka yang masih tinggal di hutan pedalaman merasa sebagai rakyat Indonesia dan berpartisipasi membangunl termasuk mensukseskan ajang pilkada sebagai pemilih aktif? Ini pertanyaan penting karena mereka itu tinggal di pulau yang menjadi kedaulatan negara sehingga mereka tidak terpisahkan sebagai saudara saudara sebangsa dan se tanah air. Apakah kita masih membiarkan kehidupan merka dari dunia peradaban dan terus dalam kehidupan seperti ini? Belum lagi masyarakat pedalaman yang kondisi sarana prasarana pendidikan yang sangat memprihatinkan bagaimana kita akan mengurangi tingkat kebodohan dalam masyarakat seperti ini?

Persoalan K ketiga yaitu Korupsi merupakan fenomena menarik karena akhir akhir ini menjadi fokus perhatian. Korupsi bagaikan pertarungan tanpa akhir. Korupsi seakan akan sulit di terobos oleh para kelompok anti korupsi yang menjamur di Indonesia. Bahkan KPK sebagai lembaga tumpuan harapan rakyat untuk memberantas dan menanggulangi persoalan korupsi seakan menjadi ompong bahkan ada upaya untuk dihancurkan. Ini realita yang terlihat. Kadang saya merenung dan prihatin dan sering bertanya: berapa saja rakyat yang akan mengalami penyakit stress ringan atau berat karena upaya mereka melalui LSM anti korupsi sekan membentur tembok yang keras. Ini sangat menyedihkan. Apalagi dengan adanya aturan dimana calon pemimpin yang bekas napi kasus korupsi diperkenankan ikut dalam ajang pilkada serentak yang menimbulkan pro kontra.

Saya merenung dan berfikir logis bahwa pertarungan rakyat terhadap pelaku korupsi ini adalah pertarungan yang tidak berimbang. Rakyat hanya mengandalkan kwantitas fisik dan idealisme kecintaan terhadap negara lewat suara hati nuraninya namun pelaku korupsi ini memiliki aset materi yang dapat memperkuat posisi pertahanan dirinya. Saya ingat ikan gurita dengan kemampuan mempertahankaan diri bila ada musuh yaitu melepaskan cairan dari tubuhnya sehingga ia tidak akan terlihat lawan dan segera menghindar. Selain itu, para pelaku korupsi ini memiliki kekuatan perlindungan dari orang orang sekelilingnya yang ikut menikmati hasil korupsinya. Disinilah letaknya kekuatan yang mengakibatkan sehingga pihak kelompok yang anti korupsi seperti menghadapi tembok raksasa yang kuat dan bila tidak kuat akan mencelakakan dirinya.

Nah, itulah sekedar catatan ringan mengenai pertarungan kita melawan 3 K yang tentunya akan dikembangkan lebih lanjut sambil menunggu tanggapan teman-teman. Bilamana ada catatan saya yang mungkin tidak berkenan saya mohon maaf karena ini catatan pendahuluan yang tentunya akan dikembangkan demi kecintaan terhadap bangsa dan negara yaitu Indonesia.

Kita bertarung tanpa senjata dalam memerangi musuh namun kita hanya punya otak, hati dan tulisan kecil.Sesuatu ironi disini yang jadi sasaran musuh kita justru adalah saudara saudara kita sendiri. Memiriskan. Salam damai. Salam Kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun