Mohon tunggu...
Johanis Malingkas
Johanis Malingkas Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Menulis dengan optimis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar dari Filosofi "Pion Catur"

21 Juli 2015   18:12 Diperbarui: 4 April 2017   16:25 4830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

ilustrasi (sumber: norman rizkyono)

Berselancar di kompasiana semakin mengasyikkan. Membaca anekaragam artikel teman kompasianer semakin menambah wawasan bagi saya dan kadang memberi inspirasi dan motivasi gagasan membuat tulisan. Dasar memang hobi apa saja dapat dijadikan inspirasi untuk dijadikan materi tulisan.

Hari ini ketika sedang asyiknya menelusuri dan menyimak beberapa artikel menarik, mata saya tertuju pada deretan nama-nama kompasinaer baru. Mata saya terhenti pada nama PION CATUR. Saking penasaran saya klik nama itu dan apa yang saya lihat? Sebuah akun dengan nama PION CATUR terdaftar sejak 20 Juli 2015 dan wajarlah kalau statistiknya tercantum 0 semua alias kosong. Namun ada yang menarik perhatian saya yaitu catatan profil tertulis begini: "Aku kecil dan melangkah pelan tapi tidak pernah mundur".

Jujur saya katakan bahwa kata-kata sederhana ini justru membuat saya tercenung seketika.Dalam batin merenung dan teringat mereka yang dianggap kecil dan diremehkan. Ya saya teringat saudara-saudara kita yang dikenal sebagai rakyat kecil atau rakyat jelata yang hidupnya sangat memprihatinkan. Mereka dianggap kaum miskin dan papah. Mereka dianggap kelompok yang terabaikan. Kehidupan yang serba kurang. Bekerja sebagai buruh tani dan menghidupi keluarga yang jumlahnya cukup besar. Kehidupan yang penuh dengan pergumulan berat hanya untuk dapat hidup dan menghidupkan keluarga dengan apa adanya. Untunglah mereka hidup di pedesaan dengan tanah yang subur sehingga mereka dapat mencukupi kebutuhan hidup mereka dengan memanfaatkan lahan yang ada. Menanam tanaman sayur-sayuran dan ubi kayu sehingga sangat membantu mencukupi kebutuhan pangan mereka.

Alangkah tersentuhnya hati kita melihat kehidupan rakyat kecil yang hanya hidup untuk memenuhi kebutuhan pangannya saja dan untuk keperluan informasi berita mereka tidak mampu membeli TV bahkan aliran listrikpun merka tak punya. Belum lagi apabila ada anaknya yang jatuh sakit mau diambil dimana biaya ke puskesmas atau dokter? Mau menyekolahkan anak-anak dengan biaya pendidikan yang semakin mahal, apakah keluarga ini mampu?

Inilah gambaran perenungan kehidupan keluarga di pedesaan yang dikenal sebagai rakyat biasa atau rakyat jelata tak ubahnya diibaratkan dengan fungsi pion dalam permainan catur. Sebagai pemain catur pasti tahu aturan permaainan tentang langkah masing masing buah catur yang sudah baku sesuai aturan permainan yang berlaku.  Sebuah pion hanya dapat dilangkahkan 1 petak atau 2 petak ke depan, dalam melangkah makan buah pion ini harus diagonal ke kiri atau kekanan. Dan benar seperti catatan profil akun PION CATUR yaitu tidak pernah ada langkah mundur.

Dalam permainan catur ada istilah langkah promosi yaitu langkah ketika buah catur pion tiba di baris akhir papan (pion putih di baris 8 sedangkan pion hitam dibaris 1). Ketika pion ini promosi maka pemain dapat memilih buah pengganti antara Menteri, Benteng, Kuda atau Loper. Pada umumnya pemain akan memilih sebagai pengganti pion adalah Menteri.  Disinilah letak filosofi pion catur, si kecil yang dianggap sepele namun ternyata mampu berubah menjadi sesuatu fungsi yang penting.

Itulah realita kehidupan dimana kadangkala anak seorang petani menjadi Presiden. Anak seorang biasa kemudian menjadi seorang pejabat penting. Pernahkah kita tahu sejarahnya Presiden AS Abram Lincoln adalah anak seorang tukang kayu di Amerika? Begitu juga di negara kita ini tentunya ada contoh yang menjadi Presiden adalah anak desa. Bagaimana dengan di daerah anda, apakah ada contoh bagaimana anak orang biasa kemudian hari menjadi seorang pejabat terkenal?

Nah, gegara membaca akun kompasianer baru PION CATUR yang belum saya kenal maka tulisan ini saya tuliskan buat anda. Saya memohon maaf kepada teman PION CATUR yang telah menggunakan namanya dalam judul tulisan ini. Saya berharap semoga tulisan sederhana ini akan memberikan inspirasi dan motivasi semangat dan pembelajaran agar kita jangan menyepelekan orang orang kecil yang kita tidak tau nantinya akan menjadi orang besar dikemudiaan hari. Disini kita belajar bagaimana tulisan-tulisan kita yang sedikit dan biasa yang kemudian nanti akan berkembang pesat menjadi tulisan-tulisan yang dianggap besar karena akan selalu dicari untuk dibaca orang karena menarik dan mampu menghipnotis pembaca hingga terpaku matanya dan kadang juga membuat tertawa terpingkal pingkal karena lucunya.

Semua penulis besar pada mulanya dia seorang penulis kecil yang selalu belajar dan tetap belajar sehingga dari situ dia berkembang menjadi penulis yang dikenal banyak orang.

Semoga bermaanfaat.

Salam Kompasiana.

Manado, 21 Juli 2015.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun