Mohon tunggu...
Johanis Malingkas
Johanis Malingkas Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Menulis dengan optimis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Urgennya Pendidikan Membentuk Etika-Moral Bangsa

1 Mei 2015   15:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:29 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

karikatur dunia pendidikan(sumber:kompas.com)

Kunci utama membangun bangsa ada di dunia pendidikan. Melalui jalur pendidikan baik dini,dasar, menengah dan tinggi akan dibentuk manusia Indonesia se utuhnya menjadi asset bangsa yang akan berperan dalam kancah pembangunan nasional. Apabila aktivitas pendidikan formal maupun informal ini tidak di jalankan secara baik dan tepat maka akan menghasilkan sumber daya manusia yang justru akan menghancurkan keutuhan bangsa. Itulah sebabnya persoalan pendidikan di Indonesia harus di perhatikan terutama pengelolaannya benar-benar mengacu dari dasar filosofi yang diwariskan para pendiri dan pejuang pendidikan yang kita kenal bersama. Filosofi yang di tumbuhkembangkan oleh Ki Hajar Dewantoro bapak pendidikan yang  jadi Pahlawan Nasional perlu dihayati dan di terapkan di dunia pendidikan kita. Ingat juga filosofi Sam Ratulangi dengan "Sumikolah"nya dapat menjadi spirit dan motivasi bagi kita. Banyak kritikan yang muncul dalam masyarakat tentang pendidikan di tanah air. Berbagai diskusi terbatas dilaksanakan untuk membicarakan dunia pendidikan kita yang perlu dibenahi. Sering muncul sorotan terhadap sistem pendidikan nasional yang masih perlu di revisi karena cenderung menimbulkan perbedaan pola pikir tentang sistem. Setiap pergantian pemerintahan kadangkala dengan tergantinya Menteri di bidang pendidikan maka muncul sistem baru yang sesuai kebijakan menteri tersebut dan ini justru membuat kebingungan diantara para pendidik. Kurikulum diadakan revisi dan ini berdampak terhadap peserta didik yang sedang menjalankan pendidikannya. Soalnya ada sekolah yang masih menerapkan sistem kurikulum lama dan sekolah yang lain sudah menerapkan sistem kurikulum yang baru. Belum lagi soal pelaksanaan Ujian Nasional melalui program online. Bagaimana sekolah yang belum memiliki sarana prasarana penunjang berupa perangkat komputer? Bagaimana kondisi pelaksanakan aktivitas ini bila daerah tertentu yang sering terjadi pemadaman listrik? Bagaimana dengan sekolah yang masih terdapat di pelosok terpencil di pedesaan? Persoalan pendidikan di tanah air masih perlu dibenahi dan perlu ada komitmen nasional agar pelaksanaan kebijakan perlu secepatnya diinformasikan ke seluruh pelosok tanah air. Kita ini negara kepulauan dengan kondisi topografis dan ketersediaan sarana prasarana yang belum lengkap. Sistem informasi dan manajemen dalam dunia pendidikan sangat perlu diperhatikan. Realitas yang kita lihat dalam dunia pendidikan ini adalah sering mengganti-ganti nama departemen/kementerian. Dulunya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, kemudian di ganti Kementerian Pendidikan Nasional dan sekarang menjadi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Seyogyanya hal ini tidak perlu, yang utama disini bagaimana kementerian ini mampu menjangkau pencapaian tujuan pedidikan merata sampai ke pelosok tanah air. Pendidikan itu mahal. ini menurut anggapan sebagian orang. Ini muncul dari kondisi yang terjadi waktu lalu dimana seorang mahasiswa untuk mendaftar masuk di perguruan tinggi tertentu di fakultas yang bergengsi harus mengeluarkan uang sebesar 100-200juta rupiah. Bagaimana nasib petani miskin yang punya anak pintar namun tidak punya uang untuk masuk fakultas itu hanya sebatas mimpi. Menghadapi tantangan dan pergumulan dunia pendidikan saat ini diharapkan semua elemen bangsa ikut serta berpartisipasi aktif sumbangsih saran dan gagasan yang konstruktif agar pendidikan di negara kita akan lebih baik dan lebih bermartabat dimasa depan. Kecenderungan pendidikan yang mulai mengarah ke "materialistik" perlu di rubah dengan mengembalikan eksistensi nilainilai budaya yang mengacu dari etika moral nilai nilai luhur warisan budaya bangsa. Masuknya budaya kapitalistik dan liberalistik di dunia pendidikan perlu direvitalisasi kembali ke faham asli budaya Pancasila dan UUD 1945. Ini memang tidak mudah dan memerlukan perjuangan dan pengorbanan dan semua ini tergantung kita sendiri apakah memang mau merubah atau membiarkan kondisi ini berlangsung terus dan tidak terkendali. Melalui dunia pendidikan diharapkan kita akan membentuk manusia Indonesia yang mampu memerangi kejahatan teroris, narkotik, koruptor, kemiskinan dan kebodohan yang sangat membahayakan bangsa dan negara. Nah, melalui momentum Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2015 mari kita revitalisasi sistem pendidikan nasional kembali ke semangat juang asli itu. Pendidikan menjadi harapan dibentuknya sumber daya manusia Indonesia sebagai aset bangsa yang bermoral dan berbudi pekerti luhur. Merekalah yang akan menjadi aset bangsa cikal bakal pemimpin bangsa dimasa depan. Ini semua demi kecintaan kita terhadap bangsa dan negara, demi keutuhan NKRI dan melalui pendidikan kita akan memahami ke Bhineka Tunggal Ikaan kita menuju persatuan dan kesatuan menggapai citacita bagi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Selamat Hardiknas...Majulah Indonesia. Salam Damai Salam Kompasiana. Manado, 1 Mei 2015.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun