Pagi ini saya mendapatkan info dari teman kompasianer Arke Six tentang berita duka meninggalnya seseorang bernama Samandayu. Selain berisi ucapan belasungkawa juga terlampir tulisan blogger Irvina Lioni: "Selamat Jalan, Samandayu!".
Siapakah orang bernama Samandayu itu? Inilah pertanyaan yang spontan muncul dalam hati dan pikiran saya. Rasa ingin tau membuat saya berupaya menelusuri lewat berbagai mesin pencarian orang yang tersedia di internet, termasuk di Kompasiana.com.
Irvina Lioni dalam tulisannya mengemukakan, nama asli Samandayu adalah Wawan Kurniawan. Kalau di telusuri di internet nama Wawan Kurniawan ada berapa orang bernama sama di Salatiga, Bogor dan kota lainnya.
"Hingga suatu ketika, teh Syifa, sahabat doi, ngasi kabar kalo Om Saman meninggal pada Hari Minggu, 11 September 2016 pukul 12.00 WIB, akibat stroke ringan. Ia meninggal di usia 31 tahun. Teh Syifa dan kawan laennye banyak yang terlihat shock. Om Saman meninggal sebelum doi mau launching buku baru berjudul Baper in Love dari Gramedia. Cita-cita doi untuk menjadi penulis buku beneran pun akhirnye tercapai!" tulis Irvina Lioni dalam blognya.
Ada hal yang menarik disini, penulis buku Baper in Love, Samandayu pergi meninggalkan kita tanpa menyaksikan terbitnya buku itu yang direncanakan pada bulan Oktober 2016.
Penelusuran saya terus berlanjut tentang Samandayu. Di akun twitter SmnDY(@samandayu) dia adalah seorang Pengajar, Penulis dan Blogger. Tinggal di Tangerang, Banten.
Di Kompasiana, saya hanya menemukan satu artikelnya berjudul :"Ahmad Dani sebut "Bangsat" di Indonesia Idol" edisi 15 Maret 2014. Sebuah artikel yang dibaca 2.115 orang, dikomentari 14 dan tanpa nilai. Dalam profil tercantum :werw344444444423fwefwegg dan bergabung sejak 10 Agustus 2010. Dalam menjawab komentar kompasianer dalam artikel dia gunakan kode Ghg fgh ghfhsss sfs faaa.
Ada beberapa teman kompasianer yang menulis tentang Samandayu termasuk menanggapi artikelnya. Antara lain, "Samandayu Mawalu Ternyata Kompasianer Sejati" edisi 9 Maret 2014 oleh Capung; "Prabowo, Si "Kambing Hitam" yang Terdzolimi Dalam dan Pasca Debat Capres" edisi 12 Juni 2014 oleh Nararya; "Samandayu, Kompasianer Yang Bakal Jadi Menteri Jika Prabowo Menang" edisi 17 Juni 2014 oleh Suami Sableng. Secara lengkap ke 3 artikel ini dapat diikuti dalam "sumber" di bawah artikel saya ini.
Artikel ini bukan bermaksud untuk mengangkat "luka lama" yang pernah terjadi antara sesama kompasianer pasca debat capres yang lalu. Soalnya dalam menelusuri tentang Samandayu ini agaknya ada tulisan-tulisannya yang telah membuat perbedaan pendapat yang cukup serius.
Mungkin ada juga tulisan Samandayu yang tidak sesuai dengan aturan yang baku di Kompasiana sehingga tulisannya di hapus oleh admin. Disini kita harusnya menyadari akan ketidaksempurnaannya manusia itu..dan lewat Kompasiana ini kita saling berbagi..saling menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing karena kita semua adalah mahluk ciptaanNya yang termulia dimuka bumi.
Sebagai salah seorang kompasianer, saya hanya melihat dia sebagai insan yang telah berkarya dengan caranya sendiri, dengan ciri khasnya sendiri sebagai manusia yang lahir dan tumbuh dan sempat bergabung di media keroyokan ini. Â Maafkan kalau saya sebutkan dia sebagai mantan kompasianer pada judul diatas. Mungkin keliru.Â