Mohon tunggu...
Johanis Malingkas
Johanis Malingkas Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Menulis dengan optimis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hidup Miskin di Atas Tanah yang "Kaya"

17 Oktober 2016   04:43 Diperbarui: 17 Oktober 2016   07:28 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (sumber: Robertus Pudyanto.getty-imanges.DW-mediacenter)

Ingat tidak kalau hari ini tanggal 17 Oktober adalah hari peringatan pengentasan kemiskinan internasional? Setiap kali memperingatinya pasti kita akan ingat seorang tokoh bernama Joseph Wresinski, seorang politikus Perancis , aktivis anti kemiskinan. Atas inisiatifnya pada tahun 1987 sekitar 100.000 orang terkumpul di Human Right and Liberties Plaza di Trocadero, Paris untuk menghormati korban kelaparan, kemiskinan, kekerasan dan ancaman. Gerakan yang dilakukan Joseph Wresinski inilah yang menjadi perhatian PBB mengakui 17 Oktober sebagai hari pengentasan kemiskinan internasional.

Persoalan kemiskinan masih menjadi perhatian masyarakat internasional termasuk masyarakat Indonesia. Kemiskinan masih menjadi bagian keseharian bagi negara-negara di dunia ketiga yang dikenal sebagai negara-negara sedang berkembang terutama di kawasan Asia dan Afrika.

Di Indonesia masih memiliki pemduduk miskin sekitar 28,01 juta orang. Artinya masih sekitar 10.86 persen dari penduduk nasional. Data ini disampaikan Suryamin, kepala Badan Pusat Statistik di Jakarta, 18 Juli 2016 (Tempo.Co).

Rizki Nugraha (Media Center) dalam DW made for minds menuliskan "Inilah Provinsi Sarang Kemiskinan di Indonesia". Provinsi dimaksud berturut-turut adalah: Jawa Timur, Jawa tengah, Jawa Barat, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, NTT, Papua, Sulawesi Selatan dan Aceh. Ini sesuai dengan olahan data Badan Pusat Statistik. 

Kondisi kemiskinan di Indonesia suatu realita yang boleh di bilang juga suatu ironi. Artinya, masih ada orang yang miskin yang hidup di atas tanah yang mengandung sumberdaya alam yang berlimpah(kaya). Kondisi inilah yang mendorong pemerintah dan masyarakat untuk membangun di segala bidang. Setiap kesempatan selalu disosialisasikan gerakan nasional pengentasan kemiskinan di tanah air. Sesuai data yang dihimpun pemerintah dan diinformasikan bahwa terjadi penurunan angka penduduk miskin di Indonesia. 

Angka penurunan ini berdasarkan angkaangka statistik. Sementara itu pengukuran tingkat kemiskinan juga masih mengacu dari beberapa versi antara lain menggunakan kriteria Bank Dunia atau Sayogyo. 

Nah, sehubungan dengan peringatan hari pengentasan kemiskinan internasional apakah yang dilakukan di Indonesia sebagai upaya mengentaskan kemiskinan ini? Apakah ada pemikiran-pemikiran para ahli ekonomi dalam menemukan cara yang paling tepat dalam mengentaskan kemiskinan di Indonesia?

Menurut pemikiran saya,  pengentasan kemiskinan bukan hanya jadi wacana program namun harus dijawab dengan upaya semangat perjuangan dengan bekerja, bekerja dan bekerja. Semangat kerja yang tinggi dengan dilandasi semangat persatuan dan kesatuan niscaya pembangunan menuju tercapainya citacita bangsa akan tercapai. Kita tidak akan hidup miskin diatas tanah yang maha kaya ini.

Selamat memperingati hari pengentasan internasional sambil tetap berkarya...termasuk menulis di Kompasiana.

Salam Kompasiana.

Manado, 17 Oktober 2016.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun