Mohon tunggu...
Johanis Malingkas
Johanis Malingkas Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Menulis dengan optimis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Besar Namun Kecil...

21 Maret 2015   02:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:20 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Siapapun akan mengakui kita sebagai bangsa yang besar. Bangsa yang mendiami wilayah kepulauan yang banyak dan memiliki kawasan laut yang luas. Bangsa yang memiliki potensi sumberdaya alam yang besar dan sumberdaya manusia yang cukup besar. Semua itu sangat membanggakan kita dan kita punya harapan kedepan agar ini menjadi dasar yang kuat agar kita menjadi bangsa yang disegani dan bermartabat di mata negara-negara lain di dunia ini. Potensi SDA dan SDM yang besar ini apakah telah mampu di berdayakan untuk menunjang ke arah kesejahteraan masyarakat? Pertanyaan ini memerlukan jawaban karena setiap rakyat yang mendiami persada nusantara berkeinginan agar citacita luhur tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat akan tercipta. Ini jadi harapan kita semua.

Besar namun kecil?

Kita memiliki potensi sumberdaya alam yang besar. Tanah yang subur, Laut yang berisi anekaragam ikan yang banyak, bahan tambang/mineral yang banyak, hutan yang menyimpan bahan baku yang banyak. Namun sayangnya semua itu belum diberdayakan secara maksimal karena kita masih kekurangan "tenaga ahli" dan "teknologi" dalam mengelolanya.  Apa yang sudah di persembahkan para ahli pertanian untuk membangun sektor pertanian di tanah air? Apakah yang sudah di buat para ahli pertambangan dalam mengelola tambang di tanah air untuk kesejahteraan rakyat? Begitu pula para ahli perikanan laut, teori apa yang dapat diaplikasikan untuk memberdayakan hasil laut untuk kesejahteraan rakyat? Sejauh mana pula pemerintah ikut serta mengirim tenaga-tenaga pengajar untuk studi lanjut ke luar negeri di bidang pertanian, pertambangan, perikanan, kehutanan agar sekembalinya mereka ke tanah air mereka terbekali teknologi mengelola sektor-sektor tersebut?

Kita masih dianggap "kecil" karena bila kita menjadi "besar" kita akan jadi saingan utama negara-negara maju yang dianggap lebih dahulu "besar". Kita masih seperti di jajah di bidang ekonomi secara global dimana kurs mata uang kita masih jauh dengan kurs mata uang asing. Apa yang harus diupayakan oleh pakar ekonomi kita dalam menjawab persoalan ini? Apakah karena para pakar ini belajar teori ekonomi negara asing sehingga penerapan sistem ekonomi di negara kita harus mengikuti teori ekonomi mereka? Apakah sistem ekonomi kita tidak memiliki kekuatan untuk mengatasi sistem ekonomi asing itu?  Ataukah kita terjebak dalam kondisi yang sengaja diciptakan pihak lain agar kita tetap berada dalam kondisi "kecil" dan "lemah" agar seenaknya mereka melakukan intervensi secara halus dan kita tetap dalam keadaan statis bahkan semakin terkebelakang?

Optimis

Menghadapi situasi yang sulit saat ini kita perlu memiliki semangat dan tetap optimis bahwa pemerintah dan rakyat memiliki harapan dimana kesulitan akan berlalu. Kita sedang diuji sejauh mana kita akan berhasil melewati krisis perekonomian dan akan menemukan jalan dan cara terbaik untuk menghilangkan anggapan bahwa kita"besar namun kecil". Kunci utama kita harus bersatu. Tidak terprovokasi dengan politik pemecah belah pihak lain yang sengaja diciptakan di kehidupan berbangsa dan bernegara. Konsekwen terhadap nilainilai luhur filosofi Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika harus di lestarikan terus dalam setiap aspek kehidupan. Niscaya kita akan tetap eksis sebagai bangsa yang memiliki "jati diri" dan "bermartabat" dimata internasional. Berdayakan potensi SDA dan SDM dengan belajar teknologi canggih lewat para pakar yang sudah bersusah payah studi ke negara asing.Semoga kita mampu merobah situasi "Kecil namun Besar".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun