Adalah menarik ketika menyimak tulisan sahabat kompasianer Ruang Berbagi dan Fatmi Sunarya. Dikatakan menarik karena kedua tulisan ini menyentuh kalbu saya sebagai pegiat kompasiana. Pegiat kompasiana yaitu insan yang dikenal sebagai kompasianer, suka menulis suka membaca suka berinteraksi di rumah besar bersama bernama kompasiana.
Cuplikan artikel Ruang Berbagi yang berkesan itu, begini:
"Saya justru sangat tersanjung ketika rekan rekan artaan dan juru blog profesional berkenan membaca tulisan saya yang semenanja ini. Sayangnya, ketersanjungan itu bisa runtuh seketika kala ada oknum "korupsi" konten yang dibuat kompasianer dengan penuh pengorbanan.
Setuju bila membuat konten itu dengan penuh pengorbanan. Korban waktu, korban tenaga dan pikiran, korban anggaran (ini bolah ya boleh tidak)...silah simak disini:https://www.kompasiana.com/bobby18864/61b7d91a62a7047d266ac8e2/salam-hangat-untuk-para-wartawan-yang-diam-diam-membaca-kompasiana
Begitupun, tulisan sahabat kompasianer Fatmi Sunarya bertema "Pesan Sahabar dan Artikel Utama Yang Terlupakan" saya anggap luar biasa. Tersirat sesuatu rasa yang paling dalam hati sanubari seorang kompasianer. Â Kekagetan dan kebahagiaan seseorang kompasianer (MYT) ketika puisinya diberi label Artikel Utama.Â
Selengkapnya boleh disimak disini:https://www.kompasiana.com/fathadi/61b9f06306310e1fab1704c3/pesan-dari-sahabat-dan-artikel-utama-yang-terlupakan
Kompasianer teraktif 2020 ini mengungkap rasa lewat puisi bertajuk "Penyair Pinggiran", bait yang menarik perhatian saya:
"Penyair pinggiran, tak perlu kalungan bunga, aksara adalah teman cengkerama, tak perlu engkau lambungkan setinggi langit berisi seribu puja, kami bahagia dijalan berdebu tanpa sapa..........................Menulis puisi indah pada tembok nan angkuh, aku penyair pinggiran nan jauh dari sentuh.."
Nah, saya termasuk kompasianer yang suka menyimak tulisan artikel sahabat kompasianer lainnya. Hal ini saya lakukan karena saya termasuk orang yang suka belajar dan penganut faham belajar sepanjang hayat.