Media massa dan medsos tanah air marak dengan berita yang berkaitan dengan pelecehan seksual pada anak. Fenomena aktual dan konsekwensi logis dari perkembangan ipteks.
Mungkin saja kejadian ini di picu dari keterbukaan informasi lewat ponsel atau kah pengendalian diri pelaku kejahatan seksual yang tak terkendali alias liar.
Ataukah mungkinkah ini dampak negatif globalisasi yang sangat berpengaruh erat dalam upaya melemahkan kekuatan sosial sesuatu bangsa? Perlu kajian secara konprehensif para pakar politik dan sosial di negeri ini.
Kenyataan yang tak dapat di sangkali, kejahatan seksual telah merambah sendi-sendi kehidupan masyarakat di negeri ini yang tentunya akan menimbulkan konflik kepentingan antara pro dan kontra.
Persoalan kejahatan seksual ini sudah di tanggapi beberapa kompasianer dengan tulisan sorotan spesial yang menarik dan bermanfaat. Enak disimak dan bermanfaat untuk memperkaya wawasan bagi kita. Silah simak tulisan Felix Tani, Acek Rudy, Siska Artati.Â
"Pendidikan seks merupakan hal mengenai hal hal berhuhungan dengan sifat dan perbedaan kekelaminan/seks. Pendidikan seks itu harus merupakan suatu disiplin ilmu sehingga definisinya : suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hal mendidik sesuatu yang terkait dengan sifat dan perbedaan kekelaminan itu" Sumadji dalam tulisan bertajuk Pendidikan Seks Di Indonesia, pada jurnal Cakrawala Pendidikan edisi 1, 1981. tahun 1Â (sumber:https://journal.uny.ac.id/index.php/cp/article/view/7388/pdf
Saya pribadi setuju bila pendidikan seksual ini di terapkan di sekolah sekolah formal sebagai bagian mata pelajaran biologi. Anak anak perlu mengetahui keberadaan perbedaan hakekat diri mereka sebagai laki laki dan perempuan. Â Memahami apa fungsi fungsi organ ini bagi perkembangan dan kelestarian kehidupan umat manusia di muka bumi. Â Kapan sebaiknya organ reproduksi tubuh ini di gunakan agar lebih sehat dan baik.
Pendidikan seksual bagi anak sebaiknya dimulai dari keluarga semenjak anak masih berada dalam usia memasuki sekolah dasar. Tentu akan berbeda bagi keluarga yang harmonis dan tidak harmonis. Keluarga harmonis akan jadi contoh dan panutan anak anak. Keluarga harmonis yang taat beragama akan memberi kesempatan anak anak belajar tentang iman dan taqwa sehingga mereka mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.Â
Sejak kecil anak anak perlu diajarkan perilaku hidup bersih dan sehat. Termasuk didalamnya kebersihan jasmani dan rohani mereka. Hal ini akan berdampak positif bila anak anak ini akan bersosialisasi dengan anak anak lain di sekolah dan dalam kehidupan bermasyarakat.
Nah, pendidikan seksual pada anak anak di mulai dari keluarga. Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan kakak serta adik. Keluarga besar termasuk kakek dan nenek, om (paman) dan tante (bibi) sangat berperan dalam pendidikan seksual pada anak. Pendidikan seksual dapat dilakukan dalam pertemuan rutin keluarga besar, di kalangan keluarga nasrani dalam pendidikan anak sekolah minggu.Â
Pada prinsipnya, pendidikan seksual pada anak diawali dari keluarga sendiri. Itu menjadi tanggung jawab moril setiap keluarga di negeri ini untuk mempersiapkan SDM yang berkwalitas yang akan jadi asset manusia seutuhnya bagi pembangunan negeri ini.
Semoga bermanfaat.
JM-15122021.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H