Ada tulisan kompasianer pak Tjiptadinata Effendi bila menerima telepon tengah malam, itu pun mengganggu privasi yang dapat menimbulkan rasa jengkel pula. Tulisan ini sangat bermanfaat bagi kita untuk menghindari lakukan tindakan menelepon bila tidak ada hal yang serius atau mendadak.
Pertanyaan sekarang apakah dalam diri kompasianer ada rasa jengkel terhadap kompasianer lain ataukah terhadap admin K?.Misalkan jengkel karena tulisannya di beri rating tidak menarik. Ataukah jengkel karena tulisannya yang dianggap bagus namun tidak di labeli AU oleh admin?
Saya pernah menyimak tulisan lama kompasianer. Sebuah artikel berjudul 'Saya Jengkel, Kecewa pada K, Kenapa? Baca dan renungkan Sendiri!!!' edisi 18 Mei 2012 dan diperbaharui 25 Juni 2015. Di tulis kompasianer bernama Muh Tahir A, gegara admin K merubah judul sebuah artikelnya.
Artikel ini menjadi pembelajaran bagi kita untuk jangan menulis artikel seperti ini yang berakibat fatal bagi kompasianer. Kompasianer ini sudah tidak menulis lagi di Kompasiana, walaupun akunnya masih boleh kita temukan. Selengkapnya boleh disimak di sini.
Akhirnya, saya ingin mengajak sahabat kompasianer untuk kendalikan rasa jengkel (bila ada) dengan meluapkannya lewat menulis di Kompasiana. Rasa jengkel itu sesuatu yang wajar, sesuatu yang manusia.Â
Belajarlah pada kompasianer Felix Tani menulis kejengkelan terhadap Om Gege namun mengakui kebenaran dan rasa kagumnya juga. Walaupun jengkel namun justru kejengkelannya memberi manfaat ilmu sehingga kita dapat mengetahui apa itu istilah intuisi, serendipitas dan metode tanpa metode sebagai rahasia menulisnya. Terima kasih Prof. Semoga saya tidak menjadi "musuh terkasih"mu di Kompasiana! hehehe.
Salam Kompasiana.
Manado 20072020.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H