Mohon tunggu...
Johanis Malingkas
Johanis Malingkas Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Menulis dengan optimis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Selamat Jalan pak Thamrin Sonata

6 September 2019   11:25 Diperbarui: 6 September 2019   16:03 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampul buku (IN)TOLERANSI,editor Thamrin Sonata(sumber:Dokpri)

Ada rasa kaget dan tidak percaya ketika saya sedang mempersiapkan tulisan tanggapan tentang unjuk rasa di Papua. 

Ditangan saya terbuka buku (IN)TOLERANSI yang di kirimkan teman kompasianer Thamrin Sonata, salah satu dari 10 buku buat saya.

Saya sedang menyimak tulisan dalam buku itu oleh Ismail Suardi Wekke berjudul Papua dalam Harmoni, Kebersamaan dan Keberagaman. 

sampul belakang buku (IN)TOLERANSI (sumber:dokpri)
sampul belakang buku (IN)TOLERANSI (sumber:dokpri)
Saya bermaksud menuliskan kembali soal pentingnya sikap toleransi warga masyarakat di negeri yang kita cintai bersama.

Tiba tiba ponsel saya muncul info lewat akun fb dari rekan Wahyu Sapta Riny mengabarkan berpulangnya bapak Thamrin Sonata ke rahmatullah...

Awalnya saya anggap ini hanya salah baca namun status rekan kompasianer lainnya di fb antara lain Tamita Wibisono,  Muthiah Alhasany  lebih menguatkan info ini benar. Begitu saya buka Kompasiana semakin saya sadari sahabat kompasianer ini memang telah pergi untuk selamalamanya.

Memang saya belum pernah ketemu langsung dengan pak TS, sapaan akrab saya di Kompasiana. Namun saya banyak berinteraksi dalam komentar di artikel.

Suatu kenangan yang tidak akan saya lupakan yaitu beliaulah yg ajak saya berkontribusi sebuah artikel di buku (IN)TOLERANSI terbitan Peniti Media 2017.

sampul dalam buku (sumber:dokpri)
sampul dalam buku (sumber:dokpri)
Dibuku ini akhir kata pengantar pak TS menuliskan..disinilah tulisan dalam buku bercampur kaca retak dan bolong dari tembakan ngawur sekaligus membabi buta entah pihak mana menunjukkan. Sesungguhnya toleransi bisa kita rawat bersama dari Keberagaman dan Keberagaman kita. 

Tak retak dan bolong oleh sebuah peristiwa politik, misalnya karena akar budaya sendiri sudah punya bahasanya yang lebih sejuk, lebih Harmoni.  Tanpa diajar-ajarkan dengan semangat apapun dalilnya. ..

Ya saya anggap sebagai kompasianer kita kehilangan seorang sahabat teman guru dan penyemangat menulis dan membukukan tulisan kita. Pak TS memang telah pergi namun semangat Juangnya di dunia tulis menulis serta karakter pribadi yang baik dan tetap enjoy itu akan tetap kita kenang selalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun