Misi Kepler telah menemukan lebih dari 1.000 planet. Dua belas di antaranya, termasuk Kepler-425b, berukuran kurang dari dua kali lipat besar bumi dan berada di zona habitasi bintang yang menjadi orbit mereka.
Ke depan, para ilmuwan berniat menemukan lebih banyak planet dan mengatalogkan atmosfer serta karakteristik lainnya. Pada 2017, NASA berencana meluncurkan satelit ’’pemburu planet’’ yang disebut Transiting Exoplanet Survey Satellite (TESS). TESS akan menyediakan data yang lebih terperinci mengenai ukuran, massa, dan atmosfer planet-planet yang mengelilingi bintang-bintang yang jauh.
Tahun berikutnya, James Webb Space Telescope juga akan mengangkasa. Platform tersebut akan memberikan wawasan yang menakjubkan ke dunia lain, termasuk warna, perbedaan musim, serta potensi vegetasi. Jadi, jika sudah terlalu kecewa dengan bumi yang kita tinggali, semakin besar harapan bahwa kita atau anak cucu bisa pindah ke bumi lain yang lebih baik.
Nah, catatan informasi diatas menunjukkan bagaiman temuan planet kermbarnya bumi secara ipteks. Tamuan ini tentunya akan menimbulkan reaksi tanggapan dari berbagai sudut pandang manusia.
Salah satunya artikel di Kompasiana bertajuk "Kembaran Bumi (Earth 02) Ditemukan, Apa Implikasinya Bagi Agama?" oleh M. Kanedi (Kompasiana, 2 Agustus 2015).
Dengan penemuan kembaran bumi ini kita salut kepada tim peneliti antariksa dari NASA itu yang sudah berhasil dan mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran serta dana yang tidak sedikit.
Pertanyaan kecil dalam hati saya, mengapakah para peneliti ini dan negaranya rela mengeluarkan dana besar hanya untuk mencari sesuatu yang sebenarnya sudah ada disini, dimana kita berpijak. Bumi yang semakin panas dan tua, yang memerlukan sesuatu demi kelestarian dan kesinambungan kehidupan kita. Seandainya dana yang besar itu digunakan untuk mengatasi persoalan lingkkungan hidup yang merusak bumi kita.
Ini hanya sekedar pertanyaan karena keputusan ada pada negara itu, mau digunakan untuk apa dana yang telah mereka peroleh dari aktiivitas pengelolaan sumber daya alam dan sumberdaya manusia di negaranya.
Kita hanya dapat mengatakan bahwa temuan kembaaran bumi ini akan menjadi suatu bahan diskusi menarik bagi masyarakat dunia yang menghuni bumi. Mari kita tunggu perkembangannya.
Salam Kompasiana.
Manado, 3 Agustus 2015.
sumber: manadopostonline.