Mohon tunggu...
Johanis Malingkas
Johanis Malingkas Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Menulis dengan optimis

Selanjutnya

Tutup

Money

Beternak Kuda, Kenapa Tidak?

6 Juni 2015   08:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:20 638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kuda Indonesia(sumber:tanahairku.kompas.com)

Semua kita tahu betapa pentingnya ternak bagi kehidupan manusia. Ternak diusahakan untuk menghasilkan produk pangan bahkan tenaga. Orang memelihara ternak agar dapat menghasilkan daging, telur, susu, kulit dan tenaga penarik bahkan untuk kesenangan/ketrampilan. Orang tinggal memilih alternatif apakah mau beternak ternak besar seperti sapi, sapi perah, kerbau atau kuda. Ternak sedang apakah kambing, domba ataukah ternak kecil berupa unggas: ayam petelur, ayam pedaging, itik dan burung puyuh. Pemilihan jenis ternak yang dipelihara disesuaikan dengan ketersediaan lahan dan modal.

Saya memperhatikan bahwa perhatian pada usaha ternak di Indonesia belum begitu besar. Beternak seakan-akan hanya menjadi usaha tambahan atau pelengkap usaha tani. Padahal urgennya usaha ternak yang belum begitu banyak dipahami masyarakat yaitu produk protein hewani yang lengkap dan dibutuhkan tubuh termasuk otak manusia agar menjadi cerdas.

Bila diperhatikan sebenarnya kita perlu belajar dari negara-negara maju di dunia. Negara-negara maju itu salah satu penyebab adalah karena produksi ternaknya. Lihatlah Amerika Serikat, Australia, Inggeris, Belanda adalah negara-negara produsen ternak terbesar di dunia.

Indonesia sebagai negara agraris dimana mayoritas penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Ironinya petani kita nampaknya lesu dan kurang diperhatikan kebutuhan sarana-prasarana penunjang usaha tani. Pemerintah bukannya mendorong usaha tani sehingga petani termotivasi dan bersemangat namun hanya cari gampang dengan mengimport produk luar negeri dan tentunya ini akan membutuhkan anggaran yang besar.

Salah satu hal yang terlihat bahwa di negara kita masih terlihat banyaknya "lahan tidur" alias terbiarkan dan tidak dimanfaatkan untuk usaha. Kenapa ini tidak dimanfaatkan sebagai lahan usaha peternakan?

Saya memperhatikan salah satu usaha ternak yang kurang di perhatikan adalah usaha ternak kuda. Kita banyak melihat di kota-kota kecil ternak kuda ini diusahakan sebagai penarik bendi dan dokar. Di daerah tertentu yang memelihara kuda pacu dimanfaatkan di arena kuda pacu. Selain tontonannya menarik dan juga mengundang minat wisatawan asing dan domestik juga memberdayakan tenaga kerja mengurus ternak kuda sehingga memperluas pengadaan tenaga kerja.

Kalau kita menelusuri sejarah ternak kuda, konon ternak ini sudah dimanfaatkan manusia sejak jaman dahulu kala. Hewan berkuku satu ini mula-mula di temukan di benua Amerika dan Eropa. Sebelumnya hewan ini disebut eohippus di zaman yang disebut Eosen. Lalu tiga puluh lima juta tahun kemudian, dalam zaman Oligasen muncul kuda jenis mesohippus, kemudian equus dan terakhir disebut przewalski. Jenis terakhir ini yang dijinakkan manusia dan kita mengenal kuda yang ada sekarang ini.

Nah, ternak kuda sebagai tenaga penarik bendi dan juga kuda pacu serta digunakan dalam olahraga berkuda di Indonesia, kenapa tidak diberdayakan sebagai usaha ternak oleh masyarakat kita? Harga kuda yang cukup lumayan sebagai komoditas eksport non migas sesuatu yang menjadi harapan ke depan bagi peningkatan kesejahteraan rakyat.  Pemerintah melalui departemen terkait dapat memfasilitasi pengadaan bibit ternak kuda kemudian menyalurkan ke petani/petrnak peminat dimana daerahnya cocok untuk  memelihara ternak kuda. Seandainya ini menjadi perhatian pihak pemerintah tentunya ke depan usaha ternak kuda di tanah air akan berkembang dan negara kita dapat menjadi negara pengeksport ternak kuda ke negara-negara tetangga.

Semoga bermanfaat.

Salam Kompasiana.

Manado, 6 Juni 2015.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun