Sewaktu sayabekerja di kapal tangki (MT.Permina V dan MT. Kuniko) yang rutin memasok BBM (bahan bakar minyak) dari Balikpapan ke Ambon di tahun 1966 s/d 1968 pernah suatu saat menyaksikan demo dariwarga yang beragama Kristen di Kota Ambon.
Mereka berdemo dengan memikulSALIB sambilberjalan beberapa langkah maju kemudian mundur lagi sambil bergumam “Beta maju seng mau, beta mundur seng mau” yang mengandung arti bahwa mereka tidak mau menyerang tapi apabila diserang mereka akan melawan.
Pada saat guyon lucu yang sangat lucu untuk komunitas tertentu, tapi akan menyinggung perasaan komunitas pada komunitas lainnya. Kadang sekedar guyon namun kadang berobah menjadi olok-olok antar komunitas.
Seperti diketahui bahwa orang Ambon pada umumnya suka merantau dan tidak menyenangi pekerjaan di Kota Ambon terutama kerja yang tergolong kerja kasar. Kesenjangan ini dimanfaatkan oleh pendatang dari pulau/propinsi lain.
Pendatang yang merantau ke Ambon untuk golongan kerja kasar pada umumnya beragama lain dari penduduk setempat yang beragama Kristen disamping adat istiadatnya berlainan.
Walaupun “Pela gandong” dapat mempersatukan sesama Ambon yang Kristen dan Islam, tapi tidak begitu pas bagi pendatang , ini terutama guyon yang berupa lelucon sudah bersifat penghinaan bagi agama tertentu. Perang urat syaraf yang dilontarkan kedua komunitas (Islam dan Kristen) akhirnya bisa mencapai titik kulminasi yang memungkinkan mereka saling menyerang.
Siapa yang memulai memicu pertikaian ini sudah tidak jelas karena sudah tumpang tindih seperiti benang basah yang kusut.
Pada saat kami menyaksikan “DEMO” seperti yang tersebut diatas sudah dapat diterka bahwa ada sesuatu yang salah yang dapat menjadi bom waktu yang ternyata meletus 20thn kemudian.
Peristiwa Ambon ini kalau tidak diatasi dengan bijaksana dan semua yang terlibat mau memaafkan dan semua ikut menjaga perdamaian maka akan mirip dengan Israel yang mencaplok tanah Palestina.
Kesimpulan: (yang saya tau = kesaksian saya)
Peristiwa yang kemudian jadi ganas, mengerikan serta memakan korban jiwa+ materi ini, awalnya dimulai dari guyonan yang dianggap sepele tapi ternyata mengganas karena materi yang dipakai untuk bahan guyonan adalah agama (Kristen dan Islam). >> contoh kalimat guyonannya tidak kami tuliskan karena akan kuatir akan membuat salah satu komunitas merasa tersinggung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H