Mohon tunggu...
Johani Sutardi
Johani Sutardi Mohon Tunggu... Freelancer - Pensiunan Bankir Tinggal di Bandung

Hidup adalah bagaimana bisa memberi manfaat kepada yang lain

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bagi Pensiunan, Makin Sedikit Makin Bahagia

2 Juli 2023   08:38 Diperbarui: 2 Juli 2023   08:51 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: koleksi pribadi

Siang ini di Jakarta, hadir di Hotel berbintang kawasan Tangerang Selatan sebagai peserta raker. Ini rapat yang penting karena terakhir yang diikuti menjelang 2 minggu lagi pensiun. Bagi wilayah lebih penting lagi karena rapat kerja di bulan September hasilnya diharapkan dapat mengawal kinerja terbaik pada triwulan ketiga.

Yang tidak penting mengapa aku harus duduk di panggung berdampingan dengan direktur. Tinggal belasan hari lagi pemutusan hubungan kerja dengan perusahaan, apa pentingnya kehadiranku hari ini bagi perusahaan lebih-lebih bagi karirku. Iya betul. Siang sehabis makan siang adalah sesi diskusi panel. Apa karena aku panelis? Bukan itu, aku dipanggil naik ke panggung karena aku mau pensiun.

"Apa yang sudah disiapkan menjelang pensiun?", tanya direktur setelah mempersilakan aku untuk berdiri.

"Tidak ada, Bapak."

"Lho, Napa?"

"Ya, karena belum mengalami pensiun",  jawabku sekenanya.

Direktur itu terkekeh, kemekelan. Aku "cengar-cengir" menampakan gusi. Sebelum membolehkan aku turun direktur itu mencabut dompet dari saku belakang celananya lalu mengacungkan selembar uang kertas dolar amerika pecahan USA $100. Aku menyambutnya.

"Gondrong...!"

Aku berseru ke seluruh peserta rapat sambil mengipas-ngipas uang kertas warna biru itu di atas kepala. Hadirin gemuruh.

Selintas saja momen itu berlangsung. Mengapa direktur itu menghadiahi uang? Aku pikir karena jawabanku yang unfaedah atas pertanyaanya telah membuat seretonin di otaknya mengalir. Hormon kebahagiaan itulah yang menggerakan tangannya untuk mengambil satu lembar uang asing dari belasan lembar yang memadati dompetnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun