Mohon tunggu...
Johani Sutardi
Johani Sutardi Mohon Tunggu... Freelancer - Pensiunan Bankir Tinggal di Bandung

Hidup adalah bagaimana bisa memberi manfaat kepada yang lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Beranikah Kita Menolak Hasil Survey

14 Oktober 2022   19:40 Diperbarui: 15 Oktober 2022   16:52 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga berjalan kaki di Lapangan Gazibu, Bandung (Sumber : Dokumen pribadi)

Berjalan kaki meningkatkan hormon endorfin dalam tubuh. Hormon ini diyakini membuat suasana hati menjadi senang, membuat bahagia. Jadi untuk berbahagia, jalan kaki saja sudah cukup.

Sudah banyak yang menulis tentang manfaat jalan kaki lebih dari sekedar meningkatkan hormon kebahagiaan. Selain itu jalan kaki diyakini dapat mencegah penyakit jantung, menurunkan tekanan darah dan kolesterol, mencegah pikun, memperbaiki kesehatan mental dengan mengurangi stres, mencegah osteoporosis bahkan menyehatkan pencernaan.

Tanpa menyadari manfaatnya, saya sudah terbiasa berjalan kaki sejak kecil. Situasi dan kondisi menggerakkan kaki untuk berjalan. 

Waktu sekolah dasar saya harus berjalan kaki sejauh satu kilo meter dari rumah. Menginjak SMP, hanya ada satu-satunya sekolah lanjutan pertama berstatus sekolah negeri di kota kecamatan, jarak tempuh meningkat menjadi dua kilo meter atau empat kilo meter pergi pulang. 

Ketika duduk di bangku SMA beruntung dari kampungku ada kendaraan umum angkutan pedesaan sampai ke kota kabupaten.

Sialnya, karena terminal angkutan itu berjauhan dengan sekolah, maka setiap turun dari terminal harus berjalan kaki tak kurang dari satu kilo meter begitu juga pulangnya.

Setelah kuliah di Bandung, kebiasaan jalan kaki ini tidak lalu berhenti. Untuk kos di dekat kampus uang bulanan tidak mencukupi, akhirnya mencari yang jaraknya lebih kurang satu kilo meter ke arah pinggiran. 

Akibatnya setiap pergi dan pulang kuliah harus berjalan kaki karena tidak memiliki sepeda motor. Tetapi kebiasaan jalan kaki di Bandung semasa kuliah tidak melulu untuk alasan pergi dan pulang kuliah saja. 

Hari Minggu ketika kawan-kawan yang lain pergi berlibur ke mal atau bioskop, saya berangkat berjalan kaki ke bukit-bukit di sekitar Dago-Bandung. Liburan harus tetap berlibur tetapi dengan aktivitas yang bebas biaya.

Setelah dewasa, kembali ada yang mengingatkan untuk melanjutkan kebiasaan berjalan kaki saat hendak pergi haji di tahun 2009. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun