Dari seberang tidak terdengar suara apa-apa. Ibu sekretaris memandang ke arahku dengan gagang telpon menempel di telinganya. Sebentar saja, selanjutnya ia seperti berbicara sendiri.
"Enggih."
Lalu diam. Gagang telpon tetap menempel.
"Enggih, Bapak. Enggih...enggih...enggih. Enggih, Bapak."
Klik. Gagang telpon kembali berbaring di tempatnya.
Sunyi. Aku menahan napas. Ibu sekretaris mendekatiku. Ia berbisik-bisik kepadaku. Aku mengangguk-angguk beberapa kali lalu bangkit dari sofa meraih tas punggung yang dari tadi termangu di  dekat kaki.
Pagi itu kepala cabang tidak naik ke lantai dua. Dari lantai satu langsung pergi keluar, berangkat rapat di Bank Indonesia. Hari pertama, aku gagal bertemu kepala cabang.
Pegawai-pegawai di lantai dua yang dari pagi duduk menunduk menatap kertas dengan bolpoint di tangan, sebagian sekarang duduknya sudah tegak menatap ke depan. Â Sebagian lagi duduk menyender, kaca matanya ditaruh di atas meja. Tidak ada ketegangan.
Sementara keringat di tengkukku, membasahi kerah kemeja. Pagi itu aku merasa lelah, tidak jelas apa penyebabnya.
#salam.