"Ya, sekarang ia yang membuatkan kopi panas setiap pagi, untukku."Â
"Istrimu?"Â
"Ya."Â
"Hemmh.."Â
Agus teman kuliahku di Fakultas Peternakan Unpad begitu juga Lely, istrinya. Siang tadi aku bertemu di halaman Sendik BRI Lembang usai psikotest. Aku menumpang mobilnya sampai Bandung sebelum pulang ke Cirebon.Â
Tidak menyangka, ternyata banyak yang senasib denganku mendaftar bekerja di Bank BRI menggunakan ijazah sarjana untuk menjadi pegawai unit, kemudian statusnya disetarakan dengan lulusan SMTA. Setelah empat tahun baru boleh mengikuti seleksi untuk penyesuaian di level manajemen menggunakan ijazah S1. Siang tadi sebanyak tak kurang dari 250 orang mengikuti seleksi pendahuluan. Mungkin jumlahnya lebih banyak lagi karena yang mengikuti seleksi hanya yang tahu, yang mau dan memenuhi persyaratan saja. Aku diberitahu pemimpin cabang saat berkunjung ke unit kerjaku tempo hari tentang seleksi ini.Â
"Dik, ijazahmu sarjana ya?" Pak Suratmaji, pemimpin cabang -bos besar kami, bertanya kepadaku sambil menyentuh pundakku saat itu.Â
"Betul Bapak." jawabku singkat.Â
"Yo wis, nanti aku daftarke untuk ikut seleksi CS, ya?"Â
Aku hanya mengangguk saat itu.Â
Setelah berbulan-bulan kabar seleksi penerimaan CS -calon staf untuk pekerja level manajemen itu tak jelas ujung pangkalnya. Lama sekali aku menunggu. Tetapi biarlah menunggu agak lebih lama pinta tabib muda, biar aku tak segera pergi dari Patrol. Ia berharap aku bisa berlama-lama duduk bersamanya di bangku panjang di depan tempat prakteknya.Â