Mohon tunggu...
Johan Hadinoto
Johan Hadinoto Mohon Tunggu... -

an ordinary boy, full time chemical engineer, part time writer, and has a homunculus called Joni Jinggo

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cinta dalam Reaksi Kimia #3

2 September 2011   13:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:17 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita sebelumnya, baca disini Kamu kemudian fokus pada buret di depanmu. Erlenmeyer di tangan kananmu. “Menurutmu cinta itu seperti apa?” pertanyaanmu akhirnya meluncur. Bola panas itu akhirnya kau lemparkan padaku. Aku berpikir sejenak, “Mmm, cinta itu... reaksi kimia,” “Hebat!” teriakmu bersamaan dengan berubahnya warna larutanmu dari bening jadi merah muda. “Sahabatku satu ini sudah jadi pujangga sekaligus saintis rupanya.” Kamu meletakkan erlenmeyer lalu bertepuk tangan kegirangan seolah aku baru saja menemukan teori baru. Kamu berlagak Archimedes yang berteriak eureka! “Tolong dijelaskan maknanya, Profesor!” Kamu menggoda. “Ya, seperti reaksi kimia. Ciri-cirinya terjadi perubahan suhu, perubahan warna, timbul endapan, dan terbentuk gelembung.” Jelasku panjang lebar. “Mari kita bahas satu per satu. Kenapa pada cinta terjadi perubahan suhu?” ajakmu. Kamu mengubah obrolan ini jadi simposium ilmiah. “Cinta akan membuat penderitanya terserang panas dingin. Janji kencan pertama akan membuatmu insomnia, lalu masuk angin karena begadang semalaman. Rasanya panas dingin, bukan? Belum lagi kalau terserang hipotermia.” “Keren!” Serumu. “Kalau perubahan warna?” Aku berpikir sejenak, “Orang yang sedang jatuh cinta pipinya selalu tersipu-sipu.” Kamu menatapku, seperti menunggu sesuatu, “Gitu doang?” Aku mengangguk. “Selain itu, cinta juga punya kekuatan untuk membuat hari-harimu yang muram menjadi berwarna. Hari ini biru, besok merah jambu, lusa barangkali jadi hijau.” “Hari ini aku ungu!” katamu. “Janda?” “Ungu itu lambang berduka tauk!” katamu ketus. “Ungu itu grup band!” Kamu tertawa, aku tertawa. (Bersambung) ___________

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun