Mohon tunggu...
Johanes Arios Putra Aritonang
Johanes Arios Putra Aritonang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UKSW

Tenang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kearifan Lokal Pertanian di Lampung

15 September 2024   14:00 Diperbarui: 15 September 2024   14:01 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

    Lampung  adalah  salah  satu  provinsi  di Indonesia  yang  memiliki  banyak  hasil  pertanian  mulai  dari  biji kopi dan lada,adapun  kearifan  lokal pada provinsi ini tepatnya didaerah  Kabupaten Tulang Bawang.Tulang   bawang   merupakan   suatu   wilayah   atau   kabupatenyang   terdapat   pada   provinsi   Bandar   Lampung.   Tulangbawang juga  memiliki  luas  wilayah  sebesar  3.466,32  km2,wilayah dengan Total 429.515 jiwa pada tahun 2015, dengankepadatan   penduduk   123,91   jiwa/km2(https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Tulang_Bawang)Berdasarkan   data   diatas   kita   ketahui   bahwa   kepadatanpenduduk di sana tergolong kurang padat. Hal ini justru dapatkita   manfaatkan   sebagai   suatu   potensi   yang   dapat   kitatingkatkan. Salah satunya membuat wilayah Tulang bawangmenjadi suatu wilayah produktif bukan hanya dibidang pertanian atau perkebunan tetapi jugadibidang industri yang tentu dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat disana. Secara topografi daerah Tulang Bawang dibagi menjadi 4 bagian:Daerah daratan, ini merupakan daerah terluas yang dimanfaatkan untuk pertanian.Daerah rawa, terdapat sepanjang Pantai Timur dengan ketinggian 0-1 m, yang merupakandaerah rawa pasang surut.Daerah  River  Basin,   terdapat  dua   River   Basin   yang  utama   yaitu   River   Basin  TulangBawang, dan River Basin sungai-sungai kecil lainnya.Daerah Alluvial, meliputi pantai sebelah timur yang merupakan bagian hilir (down steemdari   sungai-sungai   besar   yaitu   Tulang   Bawang,   dan   Mesuji)   dimanfaatkan   untukpelabuhan.(https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Tulang_Bawang)Karena Tulang bawang memiliki banyak sungai sungai kecil dan rawa yang cukup banyak halini tentu dapat kita manfaatkan sebagai suatu sumber energi dengan memanfaatkan cahayamatahari. Karena wilayah ini merupakan wilayah yang tergolong panas mengingat beradapada ketinggian 20 meter diatas permukaan laut dan memiliki suhu rata rata 310C. Dengan   suhu   yang   tergolong   panas   tersebut   kita   dapat   memanfaatkan   radiasi   mataharisebagai energi yang terbaharui dan dapat menghasilkan suatu hal yang sangat berguna bagimanusia, sehingga dapat mensejahterakan hidup bermasyarakat.Mengingat  pada saat  ini Indonesia sedang mamasuki tahap perkembangan zaman  dimanaperkembangan   ini   dapat   berdampak   positif   dan   berdampak   negatif.   Hal   ini   dikarenakanmudahnya manusia memperoleh informasi baik secara tertulis maupun lisan.

  Kearifan Lokal didaerah ini salah satunya ialah Gropyokan tikus,Gropyokan tikus adalah cara pengendalian hama tikus secara mekanis yang dilakukan dengan memburu tikus di lubang-lubang aktif.
 ~Cara kerja gropyokan tikus adalah:
Mengasapi (empos) lubang-lubang aktif yang diduga terdapat tikus
Membongkar lubang-lubang aktif yang diduga terdapat tikus
Memburu dan mematikan tikus yang keluar dari lubang dengan cara dipukul

    Gropyokan tikus merupakan kearifan lokal petani padi di Kabupaten Tulang Bawang dalam mengendalikan hama tikus secara mekanis.  Cara ini terbukti efektif untuk mengurangi populasi tikus yang merusak hasil pertanian, khusunya padi dengan cara memburu tikus yang berada di lubang-lubang aktif dengan melakukan pengasapan (empos) dan membongkar lubang aktif  yang menjadi sarang tikus.Bersama POPT dan Penyuluh Pertanian Lapangan, petani Poktan Sido Dadi Kampung Sumber Agung Kecamatan Rawapitu dan Gapoktan Sejahtera di Kampung Ringin Sari Kecamatan Banjar Margo pada Hari Jumat, 19 Juli 2024 melakukan gerakan pengendalian hama tikus dengan cara gropyokan secara mandiri dan swadaya.Gropyokan tikus tidak hanya efektif membasmi tikus tetapi juga aman bagi lingkungan.  Asap yang dihasilkan dari pembakaran bahan alami tidak berbahaya bagi tanaman padi.  Petani menggunakan bahan-bahan yang mudah dan murah didapat seperti belerang dan jerami.  Dengan kegiatan ini petani berharap panen Musim Gadu 2024 ini dapat meningkat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun