Mohon tunggu...
Johanes Marno Nigha
Johanes Marno Nigha Mohon Tunggu... Penulis - Pengajar

Dekolonisasi ruang hidup sejak dari dalam pikiran

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Aku Adit Maka Aku Ada

9 Februari 2025   07:27 Diperbarui: 9 Februari 2025   07:27 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adit dan kakaknya Andika di rumah Bajawa (Doc. pribadi ma In) 

Aditia, Adit atau Ontos adalah panggilan kesayangan untuk I Made Aditya Paramarta. Ponakan ketiga dalam keluarga kami. Darah Flores, Bajawa (Deru dan Nuamuzi) ibunya bergabung dengan Darah Bali, Tabanan Bapaknya yang kini mengalir dalam dirinya. Sebelum pindah ke Bali dan merasakan situasi sosial jalinan rasa merasa di sana, Adit adalah anak Bajawa hingga menjelang kepindahannya saat kelas 4 SD. 

Jalinan rasa merasa khas Bajawa turut membentuk dirinya. Minimal sejak ia lahir hingga sebelum hari kepindahannya ke Bali. Tidak heran saat libur kembali ke rumah Opa Ande Oma Moni di Bajawa, kami masih selalu mendengar Adit berbicara dalam dialek bahasa Indonesia Bajawa yang kental, meskipun sudah 3 tahun Adit tinggal di Bali. Sejak lahir hingga kepindahannya 3 tahun lalu Adit dikenal sebagai anak yang pandai bergaul. Ini terlihat dari sejumlah kawan kompleks yang akan datang menjadikan rumahnya sebagai markas. Belum lagi disusul bapak ibunya, serta opa dan oma yang senang jika Adit membawa kawan-kawan sekompleks bermain di rumah. 

Adit bersama ma in, bapa Doni dan kakaknya Andika di kampung Nuamuzi, Bajawa (Dok. Pribadi  ma Is) 
Adit bersama ma in, bapa Doni dan kakaknya Andika di kampung Nuamuzi, Bajawa (Dok. Pribadi  ma Is) 

Setelah bermain tentu saja rumah akan seperti kapal pecah. Sudah ribuan kali nasihat seperti "kalau sudah selesai bermain, barang-barang di taruh di tempat semula" meluncur keluar dari mulut semua penghuni rumah. Adit seperti kebanyakan anak, mendengar lalu mulai asik dengan dunia pertemanannya sendiri. Ia lupa untuk sementara waktu. 

Semua orang di rumah sepertinya paham satu hal, biarkan anak-anak bermain sepuasnya. 

Kenangan tentang rumah yang menyenangkan haruslah menjadi kenangan penting mereka. 

Rumah tidak hanya menjadi tempat tinggal, tapi juga ruang menyimpan memori sekaligus refleksi otomatis bagi tubuh seorang anak. Memori itu mudah saja dibuka kembali lewat beragam pemantik. Bisa lewat cerita, melihat foto, menonton video atau youtube, menyentuh dan berada di kamar tertentu, mencium aroma. 

Satu pemantik yang mudah dibuka saat bertemu Adit adalah youtube. Secara acak saya sempat membuat potongan video Adit bersama kawan sepermainannya jauh sebelum ia masuk ke sekolah dasar lalu mengunggahnya ke laman youtube. 

Mudah saja membuka percakapan bersama Adit meski sudah hampir 3 tahun kami tidak berjumpa. Ia selalu cekikan saat saya menunjukan sejumlah video youtube tentang dirinya bersama para sahabat ciliknya 5 hingga 6 tahun lalu. 

Adit bersama om marno dan Letiza sepupunya ( Dok. pribadi om Fancy) 
Adit bersama om marno dan Letiza sepupunya ( Dok. pribadi om Fancy) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun