Kos Bu Wiwik membuat kami sadar bahwa kebahagiaan anggota kos adalah kebahagiaan penghuni lainnya. Kami bergembira karena di tengah proses belajar ini, seluruh anggota kos ikut bergembira karena anak ke dua Pace Daniel lahir dengan selamat.
Selama dua Minggu ini, ia harus terpisah jauh dengan sang istri tercinta di Fakfak, Papua Barat dan galau sepanjang proses persiapan kelahiran istri. Maka malam-malam penantian itu kami isi dengan duduk berlama-lama di ruang tamu, menciptakan berbagai cerita lucu.
Hari lahir anak Pace Daniel disambut dengan tos-tos sederhana. Dan tentu saja undangan makan khas timur meluncur dari mulut Pace Daniel. " Tong rayakan dengan makan malam bersama e" undang Pace Daniel untuk kami semua.
Kos Bu Wiwik juga yang membuat saya setelah hampir seminggu diopname di Rumah sakit saat ditemani istri, Â merasa kembali ke rumah tempat saya dikenal. Ada anggota kos yang menemani saya dan istri, yang datang menjenguk dan itu semua membantu saya merasa sedang berada di daerah sendiri.
Berada di tempat asing dan merasa masih di tempat sendiri adalah teknik dan sekaligus strategi melihat. Teknik ini saya yakin akan sangat berguna bagi para Awardee, penerima beasiswa yang sedang belajar di luar negeri dan tentu saja bagi semua yang sedang berada jauh dari rumahnya.
Di atas semuanya saya selalu menyukai ruang tamu kos bu Wiwik. Sebenarnya ruang tamu itu tidak ada, hanya entah mengapa disulap oleh Ardes, Yanto, dan Rian dengan menyusun kursi sedemikian rupa sebagai titik kumpul kami. Di tempat itu kami sering berkumpul melepas penat sehabis belajar sekian jam. Di ruang tamu kos bu Wiwik, dekat dengan ruang jemuran, kami penghuni Kos banyak menghabiskan waktu bercerita dan curhat berbagai macam hal.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2HSaya teringat filsfuf Jerman, Martin Heidegger yang menggarisbawahi seluruh kegiatan kami di ruang tamu kos Bu Wiwik "Bahasa (cerita/curhat bersama) adalah rumah keberadaan. Di rumahnya manusia tinggal. Mereka yang berpikir dan mereka yang menciptakan dengan kata-kata adalah penjaga rumah (kewarasan) ini"