Letak Gereja Praiwora yang berada di puncak bukit dengan tangga, pepohonan dan taman inilah yang makin menambah kesan eksotik dan cantik.Â
Saat berada di puncak bukit tempat Gereja ini berdiri, mata pengunjung akan dimanjakan dengan asrinya taman pekarangan gereja serta pantulan sinar matahari dari bukit-bukit yang terhampar mengelilingi gereja. Pantulan sinar matahari yang akan segera  terbenam, dipadu dengan heningnya suasana senja  seakan membentuk kesan spiritual yang kuat.
"Kami sedang membangun gedung gereja yang merupakan jemaat cabang  dari gereja ini" Bapak Ishak Sitaniapessy menjelaskan pada kami.  Ketua pembangunan gereja cabang praiwora ini kemudian menunjuk sebuah atap seng berwarna biru pada hamparan bukit yang mengelilingi gereja Praiwora.Â
Ada hamparan kali besar tepat di bawah bukit yang membatasi bukit tempat gereja ini dibangun dan hamparan bukit di sebelahnya. "pembangunan gereja cabang ini salah satunya juga dilatari oleh persoalan banjir yang akan menyulitkan jemaat untuk datang beribadat di gereja Praiwora saat musim hujan" bapak Pendeta Matias Ekonugroho Riwoe, menimpali.
Kontur tanah Sumba yang penuh dengan padang bukit savana dan lembah, tentu saja menyimpan sejuta cerita unik tentang pesona alam, kekayaan budaya Sumba itu sendiri dan juga tentang perjumpaan misi kristen.
Boleh jadi Lodewijk P Krijger, C. de Bruijn, W. Van Dijk para pendeta  perintis dari negeri Belanda yang menyebarkan ajaran kristen di Pulau Sumba, dan belajar bahasa di Payeti sumba Timur,  9 Mei 1912 atau tepat 110 tahun lalu ikut terpukau sebagaimana kami terpukau dengan senja di Praiwora hari ini.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H